[PORTAL-ISLAM.ID] Dendam itu masih membara di dada para pendukung terpidama penista agama yang juga mantan orang nomer satu Jakarta, Basuki T. Purnama (Ahok).
Kekalahan itu membuat setiap langkah positif Gubernur Anies Baswedan dan Wagub Sandi Uno menjadi tamparan telak yang menyakitkan.
Maka, dalam benak para pendukung Ahok yang gagal move on ini, segala hal positif yang direncanakan oleh Anies-Sandi harus dijegal, dipersulit dan diakali agar batal. Lebih sempurna lagi bila diberi embel-embel sebagai kegiatan yang tidak toleran, tidak menjunjung Pancasila dan mengandung unsur SARA.
Salah satu rencana yang membuat para pendukung Ahok kepanasan adalah langkah Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menggunakan lapangan Monas untuk kegiatan zikir.
Acara ini dinilai oleh Ketua Relawan Penggerak Jakarta Baru (RPJB) Pitono Adhi melanggar Keputusan Presiden Nomor 25 tahun 1995 tentang pembangunan dan penggunaan kawasan Monumen Nasional.
Menurut Adhi, penggunaan kawasan Monas harus mengacu kepada Keppres itu dan dilaporkan kepada Presiden. Sebab tugu Monas merupakan lambang perjuangan bangsa Indonesia yang selama ini dikategorikan dalam zona netral.
"Seharusnya dikoordinasikan dengan Komisi Pengarah yang diketuai Menteri Sekretaris Negara dan dilaporkan kepada presiden, itu jelas tertera di pasal 8 dan 9 Keppres tersebut," kata Pitono dalam keterangan tertulis, Ahad, 19 November 2017 seperti dirilis TEMPO.
Sebelumnya, Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno mengatakan Pemerintah Provinsi DKI tengah menggodok revisi peraturan gubernur yang mengatur pemanfaatan kawasan Monas untuk kegiatan publik itu. Pemprov DKI, kata Sandi, juga telah berkoordinasi dengan pihak Istana Kepresidenan, namun dia belum mau menyebutkan secara detail hasil koordinasi itu.
"Jadi harus jelas ada izin dari presiden melalui komisi pengarah dulu, tidak bisa Gubernur Anies seenaknya sesumbar berkata akan mengizinkan Monas dipakai untuk kegiatan keagamaan,” kata Adhi.
Sebelumnya Anies mengumumkan rencana penggunaan lapangan Monas untuk acara-acara keagamaan. Kegiatan pertama adalah zikir dan tausiyah kebangsaan dalam rangka memperingati Hari Pahlawan pada 26 November 2017. Kegiatan ini diselernggarakan oleh Pemerintah DKI.
Sandiaga juga sudah menjanjikan akan mengizinkan Maulid Nabi digelar di Monas. Janji itu dia sampaikan dalam acara “Doa untuk Bangsa” yang diselenggarakan Majelis Nurul Musthofa di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, pada Sabtu malam, 4 November 2017 lalu.
"Seharusnya Gubernur Anies Baswedan menjaga dan memanfaatkan kawasan Monas hanya untuk kegiatan bernuansa kebangsaan tanpa unsur suku, agama ras dan antargolongan (SARA)," kata Adhi.
-------
Demi dendam kesumat pra pendukung Ahok, termasuk Pitono Adhi rela kehilangan nalar, akal sehat dan rasa malu.
Sebab, jika saja mereka mau menggali jejak digital, acara zikir di Monas bukan hanya terjadi di era Anies Baswedan, melainkan sudah terjadi pada era Gubernur Jokowi tahun 2012!
Jika Pitono Adhi mau konsisten menolak penggunaan Monas untuk acara keagamaan, maka ia seharusnya sudah lantang berteriak sejak tahun 2012! Sejak Monas digunakan Jokowi sebagai lokasi zikir akbar! (Link: bola.kompas.com/read/2012/12/31/21525735/Jokowi.Ikuti.Dzikir.Akbar.di.Monas)
Jika mau konsisten menolak penggunaan Monas sebagai lokasi acara keagamaan, ke mana suara Pitono Adhi saat Ahok mengizinkan Monas dipakai sebagai lokasi perayaan paskah bersama di tahun 2015? (Link: https://news.okezone.com/read/2015/04/05/337/1129275/perayaan-paskah-di-monas-berlangsung-hikmat)
Jika pada 2 era pejabat di atas Pitono Adhi bungkam, lalu mengapa sekarang harus ribut?
Mengapa zikir di era Jokowi tak diabggap menyinggung SARA, dan acara paskah bersama di era Ahok tak perlu diributkan? Jawabnya sederhana, karena Anies bukanlah Jokowi atau Ahok.
Berikut kicauan netizen merespon protes Pitono Adhi.
Bong, balaikota jadi panggung pencitraan kotak2 lu mingkem, Giliran Monas u pengajian semua unsur masy jangan nyinyir dong— Habiburokhman (@habiburokhman) November 20, 2017
Orang ini kenapa ribet banget sama rencana kegiatan dzikir di Monas ? Jika ia mengacu ke keppres 1995, kenapa pas Jokowi hadiri dzikir akbar di Monas tahun 2012 gak diribetin ? pic.twitter.com/uep7cZWjyw— DMS (@dimasprakbar) November 20, 2017