[PORTAL-ISLAM.ID] “Saya sudah mengetahui Anda sejak lama, dan pagi ini saya membuktikan bahwa Anda adalah orang yang sangat mengesankan. Saya terkesan, Anda begitu bersahaja, setiap orang yang bertemu Anda raut wajahnya sangat bahagia, Anda melayani bersalaman satu-persatu. Anda sangat murni." Bruce Balter, Hakim Mahkamah Agung New York mengungkapkan kesan pertama bertemu Cak Nun.
Sabtu pagi, 25 November 2017, Cak Nun memenuhi janjinya untuk menerima 3 pejabat Pemerintahan Amerika; Bruce Balter seorang Hakim Tinggi di New York, Tom Taylor seorang Staff Representatif Pemerintah Georgia, dan Mahmut Altun, MAEd, MS, Silicon Valley United Nations Association Co-Chair Advocacy, serta didampingi petinggi Hizmet di Indonesia, Pak Husyain
Bruce Balter saat bertemu dengan Cak Nun spontan mengatakan bahwa Cak Nun is The Real Leader. Bruce bahkan mengungkapkan bahwa Cak Nun kelak akan memimpin skala masyarakat yang lebih luas dari saat ini. Sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Syeikh Nursamad Kamba semalam di UIN Sunan Gunung Djati, Bandung, bahwa kita baru mengenal 25% saat ini dari keseluruhan seorang Emha Ainun Nadjib.
Pertemuan pagi tadi berlangsung sangat akrab, sembari menikmati kopi dan sarapan pagi, baik Cak Nun maupun teman-teman dari Amerika dan Turki bergantian saling bercerita kesibukan masing-masing. Cak Nun menceritakan bagaimana Maiyahan dari tahun ke tahun semakin padat, bagaimana beliau membimbing generasi-generasi baru Indonesia di berbagai daerah, terus berkeliling menemani masyarakat hingga saat ini.
Bruce berbagi informasi bahwa apa yang dilihatnya mengenai situasi Turki akhir-akhir ini seperti kondisi Berlin pada tahun 1933. Situasi politik yang tidak menentu disana, namun mereka memperjuangkan agar apa yang mereka lakukan di Indonesia ini tidak terpengaruh sedikitpun atas kondisi itu. Sejalan dengan yang Cak Nun perjuangkan untuk teman-teman Hizmet di Indonesia. Mereka berterima kasih atas perhatian Cak Nun yang mendalam kepada guru-guru Turki.
Bruce kemudian mengakui, bahwa sudah lama ia mengetahui informasi tentang Cak Nun, sehingga ketika bertemu Cak Nun tadi pagi, Bruce membuktikan apa yang ia ketahui tentang Cak Nun dari seluruh informasi yang ia dapatkan tentang Cak Nun. Bruce menilai bahwa Cak Nun adalah sosok yang sangat murni dalam berjuang. Salah satu indikator yang sangat nyata adalah bahwa ketika orang bertemu Cak Nun, raut wajah orang di sekitar Cak Nun sangat bahagia.
Ketika Cak Nun bercerita pada tahun 1981 pergi ke Amerika dalam rangka International Writing Program di Lowa City, Cak Nun menceritakan saat itu tinggal di dekat rumah Presiden Amerika Ronald Reagen. Bruce langsung menyela cerita Cak Nun, dan menyampaikan bahwa seharusnya Cak Nun sudah menjadi pemimpin besar di Indonesia.
Ketika hendak berpamitan di Lobby Hotel, Bruce Balter memberikan kenang-kenangan kepada Cak Nun, berupa kartu sakti “anti tilang” di Amerika. Bruce mengatakan, jika suatu saat Cak Nun datang kembali ke Amerika, jangan takut untuk mengendarai Mobil di sana. Jika ada Polisi yang “usil”, cukup tunjukkan kartu sakti yang ia berikan itu, ia menjamin Polisi tidak akan macam-macam.
Cak Nun menjelaskan kepada Bruce, bahwa sebagai seorang Hakim ia harus mampu bersikap adil pada presisi yang sangat tepat. Cak Nun menjelaskan bahwa apa yang diputuskan oleh seorang Hakim seharusnya dapat menjadi Hikmah bagi semua pihak.
Sejalan dengan itu, Bruce kemudian menjelaskan mengapa simbol keadilan di Amerika adalah seorang perempuan yang tangan matanya tertutup kain, sementara tangan kirinya memegang sebuah neraca (mizan), dan tangan kanannya memegang sebuah pedang yang tidak diacungkan, melainkan dibiarkan menghadap ke bawah ujungnya. Bruce menjelaskan, bahwa pada simbol tersebut, intuisi seorang Hakim sangat menentukan akan adil dan tidaknya dalam pengambilan keputusan, sehingga ia harus seperti wanita yang ditutup matanya itu, jangan sampai terpengaruh apapun dalam pengambilan keputusan sebuah kasus peradilan. Jikalau ternyata keputusan yang diambil tidak bisa diterima oleh masing-masing pihak yang berseteru, maka pedang di tangan kanan Hakim itulah yang akan digunakan untuk menyelesaikan pertikaian dua pihak yang berselisih tersebut.
Bruce juga bercerita, pasca tragedi WTC ia memerintahkan kepada Walikota New York untuk membiayai Pemadam Kebakaran di New York, jika hal tersebut tidak dilaksanakan, maka ia akan menghukum Pemerintah New York untuk membayar denda 10 juta USD setiap hari.
Sungguh pertemuan yang penuh berkah, dan dalam pertemuan ini Coach Indra Sjafri yang sudah lama kangen dengan Cak Nun juga turut bergabung. Ternyata, salah seorang rombongan dari Turki; Mahmud Altun dulunya adalah seorang pemain sepakbola Profesional di Turki dan merupakan sahabat dekat Hakan Sukur, seorang striker fenomenal asal Turki di era 2000. Ketika di Lobby Hotel, Mahmut juga mengakui bahwa ia adalah seorang Pegulat profesional.
Seketika, tadi pagi juga sempat memfasilitasi Video Call antara Coach Indra Sjafri dan Cak Nun dengan Hakan Sukur. Yang dalam obrolan singkatnya itu mengungkapkan keinginan Hakan Sukur untuk membuka Akademi Sepakbola di Indonesia. Semoga kelak Hakan Sukur dapat bersinergi bersama Coach Indra Sjafri membangun sepakbola Indonesia. Aamiin.