[PORTAL-ISLAM.ID] Inisiatif China membangun jalur Satu Sabuk dan Satu Jalan atau One Belt One Road (OBOR) akan memberi peluang besar perkembangan investasi bagi Indonesia.
"OBOR adalah peluang bagi investasi Indonesia," ujar ekonom senior dari Bank Mandiri, Andry Asmoro, dalam diskusi publik "Indonesia's and Political Outlook 2018" di Bengkel Diplomasi FPCI, Mayapada Tower, Jakarta, Rabu, 29 November 2017.
Jalur Satu Sabuk dan Satu Jalan merupakan rencana besar China yang akan membentuk jalur sutra baru, salah satunya membentuk jalur sutra laut dengan melewati wilayah Indonesia.
Andry menuturkan, salah satu peluang besar yang harus diketahui Indonesia adalah peluang investasi di laut. Hal itu juga yang menjadi cita-cita Presiden Joko Widodo.
"Perlu diketahui dalam OBOR kita kebagian dari bagian lautnya, bukan daratnya, jadi ini sesuai dengan cita-cita Pak Jokowi untuk bangun tol laut," jelasnya.
Ia menyebut rencana pemerintah segera membangun insfrastruktur penunjang tol laut di Aceh dan Maluku Utara bersinggungan dengan OBOR.
"Jadi akan dibangun kemudian insfrastruktur di Aceh sampai Maluku Utara di Bitung, itu yang akan dipakai oleh OBOR sebagai new silk road," katanya.
Sumber: RMOL
--------
Cita-cita membangun OBOR yang ternyata selaras dengan Jokowi perlu memerhatian beberapa catatan penting.
Pertama, pembangunan infrastruktur, apalagi bila kelak melibatkan investor asal China, perlu diteliti MoU nya. Apakah bentuk investasi ini juga berupa pengiriman tenaga kerja asing?
Kedua, bagaimana kedaulatan negara RI kelak setelah OBOR terbentuk? Sebab omong kosong saja bila tak ada gangguan terhadap kedaulaatan bila nantinya OBOR tersebut melintasi sebagian besar wilayah NKRI.
Apakah mempertaruhkan kedaulatan NKRI termasuk dalam cita-cita Jokowi? Semoga saja tidak.
Ketiga, dalam peta pembangunan OBOR, jelas tidak nampak pembangunan ke arah wilayah tengah dan timur Indonesia. Padahal selama ini, Jokowi selalu ingin memfokuskan pembangunan tol laut ke arah 2 kawasan ini. Jika nanti pemerintah turut ambil bagian dalam program OBOR tapi mengabaikan pembangunan kawasan tengah dan timur Indonesia, ke mana rakyat harus mengadu?