[PORTAL-ISLAM.ID] SEX TRADE is nothing new. Industri sex menguntungkan. Menurut International Labor Organization, prostitusi masuk human trafficking, bisnis senilai $32 billion a year.
Prostitusi disebut "a trick for a reason". Pria dungu membeli illusion of consent. Dengan uangnya, dia memperoleh ilusi mutualitas. Ironic. Padahal, 'sex-berbayar' is not a mutual sexual experience. Di situ, bodohnya mereka. Prostitusi membuat perempuan menjadi alat fantasi masturbasi hidup. Para playboy (the john) adalah customernya. Salah satu sumber penyebaran HIV/AIDS.
Kaum Abolisi menyebut prostitusi sebagai "modern-day slavery". Perempuan adalah korbannya. Lokasi jual-beli sex punya beberapa nama: Brothel, Rumah Bordil, Warung Remang, Lokalisasi, Pelacuran dan lain sebagainya. In prostitution, men remove women's humanity.
Pelacuran bisa nyaru dan menyelinap in the dark. Di pinggir-pinggir jalan (streetwalker), salon, griya pijat, spa n sauna, diskotik, bars, hotel-hotel dan warung-warung. It is everywhere.
Para mucikari (pimps) mengotori kota. Menjadikannya Sin City seperti Las Vegas. Mereka berdagang badan perempuan. Pusat-pusat industri sex disebut "Underbelly": hidden unpleasant or criminal part of society.
Mereka yang pro legalisasi prostitusi punya keyakinan (sick) that prostitution is inevitable. Mucikari dan anak-buahnya berkata, "prostitution is here to stay". Lalu pelintir mantra Dennis Hof in Reno and Heidi Fleiss in Sydney, yang bilang "boys will be boys".
Di Jakarta, banyak mucikari beroperasi di tempat-tempat hiburan malam. Kegiatan mereka (pimping) seringkali tanpa diketahui management club malam. Di situ problemnya. Too much night entertainment bisa bikin Jakarta jadi Sin City. Mungkin itu sebabnya, Anies-Sandi tidak memperpanjang izin operasi Hotel dan Griya Pijat Alexis.
Bravo Anies-Sandi. Dulu, Ahok ngga berani usik Alexis. Ada yang bilang karena ownernya teman dekat Mr Wir. Ternyata, Gubernur Baru lebih bernyali dari Ahok. Janji Kampanye ditepati. Ini baru "Gubernur Gue".
Penulis: Zeng Wei Jian