[PORTAL-ISLAM.ID] Ketika Umar Bin Khathab ra memegang jabatan sebagai Amirul Mu'minin (khalifah), beliau seringkali berkeliling di malam hari untuk mengetahui kondisi rakyatnya.
Pada suatu malam, seperti biasa Umar ra keluar pada malam hari berkeliling. Tiba-tiba pandangan Umar tertuju ke arah sebuah kemah berbahan kulit unta yang berdiri tegak di tanah lapang, yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Kemudian Umar ra menghampirinya, dari dalam kemah, terdengar suara rintihan seorang perempuan sedangkan di luar kemah itu duduk seorang laki-laki yang sedang termenung.
Umar pun memberi salam kepada orang itu, “Assalamualaikum.” Kemudian Umar duduk di sebelahnya dan bertanya, “Dari mana anda datang?”
Orang itu menjawab, “Wahai tuan, sesungguhnya saya ini seorang musafir dan saya datang untuk mengharap belas kasihan dari Amirul Mukminin.” Orang asing tersebut tidak mengetahui bahwa tamunya tersebut adalah seorang Khalifah.
Umar ra menawarkan jasa kepada lelaki itu, “Kalau anda memerlukan sesuatu, saya bersedia membantu.” Umar ra lantas bertanya, “Mengapa terdengar suara rintihan dari dalam kemah?”
Orang itu berkata kepada Umar, “Urus saja pekerjaanmu sendiri. Silakan engkau pergi.”
Umar terus mendesak, “Tolonglah, beritahukan kepadaku, barangkali aku dapat menolongnya.”
Orang itu berkata, “Wahai saudara, jika benar saudara ingin mengetahuinya, akan aku beritahukan. Sesungguhnya yang merintih-rintih di dalam kemah tua ini adalah istri saya yang sedang mengerang kesakitan karena hendak melahirkan.”
Umar ra bertanya, “Adakah seseorang di dalam kemah ini yang sedang merawatnya?”
“Tidak ada seorang pun,” jawab orang itu.
Setelah Umar ra mendengar hal itu, kemudian beliau bergegas pulang ke rumahnya, lalu memberitahukan kepada istrinya, beliau berkata, “Wahai istriku, ada pekerjaan berpahala besar datang untukmu malam ini.”
Dengan terkejut dan penuh harap, istri Khalifah Umar bertanya, “Pekerjaan apa?”
Umar menjawab, “Dengarlah istriku, di ujung sebelah sana terdapat sebuah kemah tua yang penghuninya datang dari jauh, dan di dalam kemah itu terdapat seorang perempuan yang mengerang menahan rasa sakit karena hendak melahirkan anaknya tanpa seorang pun yang menolongnya.”
Istri Umar langsung menjawab, "Untuk suatu kebaikan saya selalu siap."
Bagaimana istri Umar tidak bergegas menyambut kebaikan, sedangkan ia adalah Ummu Kultsum, cucu Rasulullah SAW, anak pasangan Fatimah binti Muhammad dan Ali bin Abi Thalib.
Lalu Umar menyuruhnya agar segera mempersiapkan keperluan melahirkan, seperti minyak, ketel, dan lain-lainnya. Juga dibawa serta mentega, gandum dan sebuah panci, lalu mereka berdua pergi. Umar berjalan di belakang.
Setelah sampai, Ummu Kultsum pun masuk ke dalam kemah, sementara Khalifah Umar menunggu di luar sambil menyalakan api dan memasak makanan bagi kedua penghuni kemah tua itu. Sebentar kemudian terdengar Ummu Kultsum memanggil suaminya dari dalam kemah itu, “Ya Amirul Mukminin, ucapkanlah tahniah (ucapan selamat) untuk saudaramu itu (si suami) atas kelahiran anak laki-laki.”
Ketika kata 'Amirul Mukminin' terdengar oleh lelaki pemilik kemah itu, ia langsung gemetar mengetahui laki-laki yang telah menolongnya itu ternyata Sang Khalifah.
Khalifah Umar langsung berkata, "Tidak perlu takut."
Lalu panci masakan yang telah dimasak Umar tadi dimasukkan ke dalam kemah. Ummu Kultsum memberi makan kepada ibu yang baru melahirkan tadi. Setelah itu, panci dikeluarkan. Umar berkata kepada lelaki itu, "Ambillah, kamu pun mesti makan, karena malam ini kamu akan berjaga semalaman."
Setelah semuanya selesai, khalifah Umar bin Khathab dan istrinya pulang ke rumah. Sebelum pulang, Umar berkata kepada lelaki tadi, "Datanglah kepadaku esok, saya akan membantumu."
***
SUBHANALLAH....
Adakah pemimpin seperti ini?