[PORTAL-ISLAM.ID] Selasa, 10 Oktober, tiga hari pasca akun baru saya beroperasi, kuota 5 ribu fren tertembus. Saya ngga bisa lagi approve fren requests. Ada banyak India dan Afro nge-add. Saya disapproved. Jari kriting nih.
Hari ini, Ahoker berizik. Sedari pagi, sampe malem silih berganti berkomentar. Aneh-aneh omongan mereka.
Ada satu Ahoker tanya, saya boleh buka rahasia di sini tanpa harus didemo rame-rame ga?
Ya saya reply, ini forum demokrasi. You have every right to express your opinions.
Di japri, dia mulai ngumpat. Dia bilang kenapa Ahok ngga boleh jadi pemimpin karena non-muslim. Kok di Lebanon, yang mayoritas muslim, bisa dipimpin oleh seorang Kristen. Artinya, Surah Al Maidah 51 bersyarat dong. Di Lebanon boleh, sedangkan Ahok ngga boleh. Begitu dia meledek. Dia tanya opini saya, yang dia lecehkan sebagai "Demokrat Palsu".
Saya bilang, absurd di wilayah mayoritas muslim tapi dipimpin oleh kafir. Dia nyinyir lagi. "Itu di Lebanon bisa," kata si Ahoker.
Saya reply, Komparasi Lebanon-Jakartanya ngga Apple to Apple. Komposisi muslim di Jakarta 90%. Sedangkam di Lebanon, jumlah muslim hanya 54%. Itu pun pecah dua antara Shia dan Sunni. Masing-masing 27%.
Sisanya 5.6% Druze (dianggap non muslim), Kristen 40.4%, termasuk Ortodox Greek , Melkite, Maronite dan sekte-sekte Nasrani lainnya.
Dia nguber lagi. Memangnya ada hukum di Indonesia yang larang non muslim jadi pemimpin. Kok Ahok ngga boleh. Begitu cibirnya.
Perempuan ini rada aneh. Kok lagi-lagi Ahok. Bukannya dia di penjara. Kok diulang-ulang lagi. Heran deh.
Saya jawab aja, ya ngga ada hukum negara yang melarang. Buktinya Ahok bisa ikut ngontes jadi kandidat calon gubernur di beberapa daerah. Sayangnya gagal terus. Ya gagal di Babel, Medan, Jakarta. Di Bali, keduluan ditolak dengan isu "putera daerah".
Sebagai closing, saya ingatkan dia untuk minum porstex. Dia tanya apa itu. Saya jawab, pembersih toilet.
Penulis: Zeng Wei Jian