[PORTAL-ISLAM.ID] Memang betullah, capek melihat keanehan-keanehan yang terjadi di negara tercinta ini. Negeri serba terbalik. Air bersih dibuang, air comberan malah disimpan di kulkas. Yang bagus disingkirkan, yang kotor malam dipromosikan.
Masih ingat, sekitar sebulan yang lalu salah seorang kader muda Partai Golkar, namanya Ahmad Doli Kurnia, dipecat dengan alasan melawan Setya Novanto (SN). Berdasarkan rekam jejaknya, orang-orang yang waras akan mengatakan bahwa Doli adalah salah seorang calon pemimpin yang sedang langka untuk didapat.
Doli sangat prihatin dengan kasus-kasus korupsi yang melibatkan kader-kader Golkar. Dia risau ketika ketua umumnya sendiri, SN, ikut terseret skandal korupsi proyek e-KTP. Meskipun sekarang dia bisa disulap menjadi bebas dari status tersangka.
Doli menggalang kekuatan di Golkar agar partai itu bisa dibersihkan dari mental koruptif dan juga mental penjilat kekuasaan. Doli bersama sejumlah kolega generasi mudanya mencoba untuk memandikan Golkar agar tidak lagi berbau busuk masa lalu.
Tetapi, Golkar malah memecat dia. Alasannya, tidak patuh pada pimpinan dan suka mbalelo. Padahal, kalau diumpamakan Golkar itu sekarang sebuah ruangan yang pengap dan busuk, pewanginya malah dibuang. Tentulah akan semakin busuk. Herannya, tidak banyak penghuni rungan busuk itu yang berkeberatan pewanginya dibuang oleh manajer yang sedang mabuk.
Sekjen Idurs Marham adalah salah seorang manajer ruangan pengap dan busuk itu. Dengan bangga dan bernada tegas, Idrus mengatakan pemecatan Doli dilakukan karena ketua GMPG (Generasi Muda Partai Golkar) itu melakukan langkah yang tak sesuai dengan aturan partai.
Sangat menarik mendalami ucapan Idrus ini. Ucapan yang justru menunjukkan dialah yang mbalelo, bukan Doli.
Doli melakukan langkah yang bertujuan untuk membersihkan Golkar dari para kader yang bermental korup atau menyerempet korupsi. Dia juga berusaha membersihkan Golkar dari mentalitas penjilat; agar pimpinan partai Beringin tidak lagi menjadi her**r penguasa.
Inilah yang disebut Idrus “tidak sesuai aturan partai”. Artinya, partai Golkar memiliki aturan yang kebalikan dari yang diinginkan Doli.
Doli ingin bersih, aturan partai (menurut Idrus) menginginkan kekotoran. Doli ingin menyingkirkan para koruptor, aturan partai (menurut Idrus) ingin mempromosikan koruptor. Doli berniat mau membasmi tikus, aturan partai (menurut Idrus) malah membiarkan tikus-tikus berkeliaran.
Doli berusaha mewangikan ruangan pengap dan busuk, Idrus Marham dan para penjilat lainnya malah menyukai ruangan pengap dan busuk, dan akan terus busuk.
Tampaknya, ada penyakit aneh yang menjangkiti Golkar. Karena itu, pengobatannya juga harus dengan cara yang tidak biasa. Perlu dibacakan ayat-ayat revolusi untuk mengusir jin-jin degil yang menggayuti Pohon Beringin.
Yang pantas dipecat itu adalah Setya Novanto dan Idrus Marham plus gerombolan pencoleng Golkar. Mereka inilah yang harus dibuang, yang pantas ditendang dari partai.
Sebaliknya, Doli harus diberi kesempatan untuk memperbaiki nama Golkar.