[PORTAL-ISLAM.ID] Kendati jabatannya sebagai Gubernur DKI penerus Ahok, telah berakhir pada Sabtu pukul 00:00, namun pasangan Ahok dan Djarot Syaiful Hidayat masih meninggalkan pekerjaan rumah yang belum dituntaskan. Salah satunya mengenai Sertifikat Hak Guna Bangunan (SHGB) bagi warga yang bermukim di Kampung Deret Petogogan, Kebayoran Baru.
Padahal, Kampung Deret itu sempat menjadi program andalan Jokowi-Ahok ketika masih berkuasa di DKI. Menurut warga, Pemprov DKI sudah menjanjikan SHGB sejak akhir tahun 2013. Tetapi, hingga saat ini belum terealisasi.
Menurut seorang warga bernama Yani, Pemprov DKI baru memberikan SHGB pada lima pemilik rumah secara acak untuk keperluan seremoni peresmian Kampung Deret. Sementara, Ketua Paguyuban di Kampung Petogogan Sugino mengatakan ada 132 rumah yang belum memiliki SHGB.
“Janjinya Pak Jokowi waktu itu ketika rumah semua jadi, maka akan dibuatkan sertifikat. Tapi, ternyata hingga saat ini belum jadi,” kata Sugino.
Ia mengaku sudah bolak-balik menagih dan mengurus SHGB ke Pemprov DKI. Tetapi, hingga saat ini belum mendapatkan kejelasan.
Situasi dan pemeliharaan Kampung Deret ini terlihat menyedihkan. Contohnya, papan yang bertuliskan “Selamat Datang” dan huruf yang menunjukkan nama Kampung Deret Petogogan dari besi justru sudah raib. Akhirnya, para pendatang sulit membaca papan penamaan tersebut.
Lalu, jemuran pakaian yang digantung di depan rumah membuat kesan kumuh dan padat. Padahal, sebelumnya, warga menginginkan adanya tempat khusus untuk menjemur pakaian.
“Kepadatan penduduk dengan rumah deret di sini memang tidak sebanding. Karena 4 RT ini kira-kira dihuni oleh 1000 orang,” kata dia.
Keluhan lainnya disampaikan Ketua RT 11 bernama Mintarsih. Ia menyebut lampu penerangan yang dialiri oleh Dinas Perumahan sudah mati. Akibatnya, jalan di depan rumah menjadi gelap.
“Tapi, bukan lampu Penerangan Jalan Umum (PJU) yang dari PLN ya,” tutur dia.
Ia mengaku sudah mengadu berkali-kali ke otoritas berwenang. Namun, selalu dijanjikan akan diperbaiki pada tahun 2018. Mintarsih mengaku pesimistis karena situasi tersebut sudah dialami selama 1,5 tahun. Akhirnya, warga pun merasa kesulitan untuk melakukan aktivitas pada malam hari.
Tak hanya soal lampu penerangan, namun jalan setapak yang berupa paving block juga dikeluhkan sudah tidak rata lagi oleh warga.
“Jalanan ini sudah bergelombang, lalu aliran air yang ke rumah kadang juga kotor,” ujar Koordinator Jumantik RW 5, Tuty Haryati.
Ia juga mengeluhkan naiknya tarif listrik yang terkesan dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Tuty mengaku tidak mendapat informasi jika tarif listrik akan naik.
“Sekarang, kalau kita mengisi Rp 50 ribu hanya bertahan 5-6 hari saja. Padahal, dulu dengan uang segitu bisa untuk bertahan sebulan,” katanya sambil menunjukkan sekring listrik di rumahnya.
Sumber: Rappler
Kondisi ini seharusnya membuat para pendukungnya berupaya membantu menunaikan janji Ahok-Djarot, bukan malah menagih janji Anies-Sandi.
Netizen pun turut berkomentar.
Netizen pun turut berkomentar.
Dear Ahoker, sebelum nagih janji ke Anies-Sandi, ayo bantu tuntaskan janji Jokowi-Ahok-Djarot yang terbengkalai :))https://t.co/JSiAZyEi5m— Warta🌐Politik™ (@wartapolitik) October 15, 2017
Nah ni nyinyirin yg udah kerja tapi nyata nya blm selesai. daripada nyinyirin yg blm dilantik— Senja (@puisikenangan) October 15, 2017
Loh kemarin si djarot ngepain kok sampai terbengkalai..?— Reform IAMCS (@PresidenRelawan) October 15, 2017