[PORTAL-ISLAM.ID] Polemik mengenai pemutaran film G30S/PKI masih menjadi perbincangan hangat di berbagai jejaring sosial.
Usai tayangan Indonesia Lawyers Club (ILC) bertema "PKI, Hantu Atau Nyata?" yang ditayangkan pada Selasa 19 September 2017 lalu, suasana kembali memanas dengan pernyataan Ilham Aidit putra Ketua CC PKI D.N. Aidit.
Ia mengatakan bahwa ayahnya bukanlah seorang perokok seperti yang digambarkan dalam film G30S/PKI, kemudian ia dan ibunya menertawakan film tersebut.
Ilham mengatakan, sebagai pembuat film, seharusnya pembuat melakukan riset dan menanyakan langsung ke keluarga tentang kebiasaan Aidit.
"Saya dan ibu saya tertawa terbahak-bahak, mana Arifin C Noer itu, dia kurang riset, sehingga dia tidak tahu Aidit merokok," kata Ilham.
Pernyataan Ilham memicu amarah netizen. Pasalnya hingga kini pun putra-putri para pahlawan revolusi masih trauma dengan kejadian tersebut.
Berikut video kesaksian putra-putri pahlawan revolusi yang mengaku amat sangat trauma atas pembunuhan biadab yang terjadi di depan mata mereka.Ilham Aidit: "Saya & ibu tertawa nonton film G30S/PKI"— LuLu Basmah (@bundaathira) September 22, 2017
Sdgkan anak2 DI Panjaitan berkali2 mau bunuh diri & anak2 A.Yani trauma hingga kini
1. Kesaksian Anak Ahmad Yani
Putra Jendral Ahmad Yani, Untung Yani dan Eddy Yani mengisahkan kejadian penculikan dan pembunuhan ayahnya. Bagaimana Ahmad Yani ditembaki dan diseret lalu dimasukkan ke dalam truk.
Tanpa sanggup menahan air mata, Untung mengatakan bahwa bulan September adalah bulan yang menyedihkan karema kenangan itu tidak akan pernah hilang.
"Bulan September buat kami adalah suatu hal yang menyakitkan. Tidak akan kami lupakan," ujarnya.
2. Kesaksian Anak D.I. Panjaitan
"Saya harus merasakan sakit orang yang kita kasihi, orang yang kita cintai, seperti binatang ... dibunuh," ujar Riri Panjaitan dengan suara bergetar.
3. Kesaksian Anak MT Harjono
"Melihat film itu seperti mengulang kembali kejadian yang dulu. Tidak bisa kami lupakan."
"Tuuhnya dilempar ke atas truk seperti karung beras," ujar Rianto Nurhadi putra MT. Harjono.