(Monumen Pahlawan Revolusi, enam jenderal dan satu perwira menengah korban G30S/PKI)
[PORTAL-ISLAM.ID] Alwi Shahab, seorang wartawan senior mengalami langsung peristiwa G30S/PKI. Beliau bercerita bahwa saat peristiwa G30S/PKI RRI dikuasai oleh PKI untuk menyebarkan propagandanya.
Alwi Shahab: Saya mau ceritakan, situasi hari-hari menjelang G-30-S sangat gawat. Hampir setiap hari, ada demo dari kelompok kiri yang paling keras menuntut dibubarkannya HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) karena dituduh antek DI/TII. Dua hari menjelang G-30-S, Ketua Comite Central PKI DN Aidit dalam rapat raksasa CGMI (Consentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia, organisasi mahasiswa PKI) di depan Bung Karno mengatakan, “Kalau tidak berhasil membubarkan HMI, anggota-anggota CGMI mengganti celana dengan sarung.” Dalam Harian Rakyat (23 September 1965), koran resmi PKI, Aidit mengatakan, “Alternatif lain dari Nasakom adalah berkelahi.”
Pada 30 September 1965, koran-koran memuat pernyataan tokoh PKI Anwar Sanusi, “Ibu Pertiwi hamil tua, dan peraji (dukun beranak) sudah siap untuk kelahiran sang bayi.” Sebelumnya, Wakil PM I/Menlu Subandrio menyatakan pada resepsi ulang tahun Koran NU, Duta Masyarakat, “Akan terjadi kristalisasi, dimana yang dulunya kawan akan menjadi lawan.”
Sebelumnya juga santer berita Bung Karno sakit keras hingga didatangkan dokter dari Cina. Saya mendengarnya justru dari orang ‘kiri’ yang bertugas di Istana. Ada situasi memanas menjelang G-30-S. PKI dan diikuti kelompok kiri menuntut dibentuknya angkatan kelima berupa 15 juta buruh dan tani di persenjatai.
Pada Jumat, 1 Oktober 1965, siaran RRI, yang malamnya dikuasai G-30-S di bawah Letkol Untung dari Resimen Tjakrabirawa, terlambat sekitar 20 menit. Ketika berita menyiarkan resimen ini telah menggagalkan kudeta "Dewan Jenderal" bukan saja mengagetkan saya, tapi seluruh masyarakat. [Dewan Jenderal yang difitnah kudeta, padahal PKI yang lakukan kudeta dan membunuh 6 jenderal TNI AD yang anti-komunis]
Siaran RRI pukul 13.00 dan 14.00 menyatakan, “Gerakan 30 September” telah membentuk “Dewan Revolusi” di ketuai Letkol Untung. Kabinet dinyatakan demosioner dan MPRS di bubarkan. Ditetapkan pangkat terting gi dalam ABRI adalah Letnan Kolonel. Anggota-anggota ABRI di atas pangkat ini harus menyatakan kesetiaannya kepada Dewan Revolusi. Bintara dan tamtama yang mendukung Dewan Revolusi pangkatnya dinaikkan setingkat. Mereka yang aktif membantu dewan dinaikkan pangkat dua tingkat. (Republika)
SIARAN TANDINGAN RRI yang GAGALKAN KUDETA PKI
Kudeta PKI 1965 akhirnya gagal. Salah satu faktor kegagalanya mirip kudeta yang gagal di Turki beberapa waktu lalu. Para pengkudeta Turki telah kuasai TV dan Radio pemerintah tapi ternyata Presiden Erdogan bikin siaran pemberitahuan terjadinya kudeta melalui video live di handphonenya yang kemudian disiarkan oleh TV swasta CNN Turki.
Begitupun saat kudeta 1965 PKI sudah berhasil kuasai fasilitas jaringan telekomunikasi milik pemerintah tapi lupa kalo swasta juga punya fasilitas jaringan telekomunikasi yang gak kalah canggihnya.
Hardian Acoy menceritakan penuturan bapaknya tentang saat G30S/PKI:
Almarhum Bapakku dulu pernah menceritakan ketika bekerja di Unit Telekomunikasi Perusahaan Minyak milik negara: "Bersyukur ada peralatan telekomunikasi canggih waktu itu (1965) yang dimiliki Perusahaan Minyak Negara yang bisa menyebarkan berita ke seluruh Indonesia tentang adanya upaya pemberontakan G30S-PKI yang dilakukan oleh orang-orang komunis. Seandainya tidak ada mungkin negeri ini sudah berhasil dikuasai oleh para Komunis, karena fasilitas telekomunikasi RRI sudah dikuasai untuk Propaganda mereka."
Ternyata Allah masih sayang dengan republik ini.
Mari terus kita jaga NKRI dari bahaya laten komunis.
(Pimpinan pemberontakan G30S/PKI Letkol Untung ketika tertangkap pada 11 Oktober 1965)
Faktor kegagalanya mirip kudeta yang gagal di Turki beberapa waktu lalu, cuma karena udah merasa berhasil kuasain...
Dikirim oleh Hardian Acoy pada 20 September 2017