[PORTAL-ISLAM.ID] Ketakutan sebagian kalangan terhadap pemutaran film G30S/PKI semakin menjadi-jadi.
Pagi ini publik menyaksikan kepanikan luar biasa dari seorang budayawan yang terlihat begitu agresif menyerang TNI AD, (Baca: http://www.portal-islam.id/2017/09/mantapnya-tonjokan-netizen-buat.html ) , anggota legislatif dari PDI P Budiman Sudjatmiko pun ikut kelojotan dan menyebut kelompok yang kalah pada pemilu dan pilpres 2014 lalu sebagai kelompok konservatif radikal. yang ingin membangunkan zombie Orde Baru.
Tudingan itu dilontarkan Budiman melalui akun twitter pribadinya @budimandjatmiko.
"Sejak kalah di 2014, konservatif radikal menguji sejauh mana ide2 konyol laku dijual. Saat mrk yakin laku, mrk mau membangunkan zombie2 Orba," tulisnya, Sabtu 16 September 2017.
Tudingan Budiman ini langsung dibalas telak oleh Elisa Sutanudjaja, seorang arsitek dan pakar perkotaan.Sejak kalah di 2014, konservatif radikal menguji sejauh mana ide2 konyol laku dijual. Saat mrk yakin laku, mrk mau membangunkan zombie2 Orba— Budiman Sudjatmiko (@budimandjatmiko) September 15, 2017
Balasan telak Elisa ini memicu warganet lain untuk bercuit menanggapi Budiman.Contoh zombie orba: apa Perppu, penculikan aktivis, kriminalisasi jurnalis & ngotot mau reklamasi Jakarta pakai alasan demi Keppres 52/1995? https://t.co/Bnm8RzeSK1— Elisa Sutanudjaja (@elisa_jkt) September 15, 2017
Dan sejak menang, penguasa menjadi paranoid thdp ide2 yg mrk anggap brsbrngan, toleransi dijual, medsos dijdkan acuan, yg kritis ditangkap— Oline (@olinjonhar) September 15, 2017
Konservatif radikal itu gmn Mas Bud, makin banyak istilah aja. Pendamping Dana desa ga ada tanda-terimanya itu istilahnya apa Mas Bud.— Bau..Kencur (@wahysaleh) September 15, 2017
Lebih baik ide2 konyol dr pd buntingin anak org trus ga mau tanggung jawab...— Sang Domba Tersesat (@barnabasburn) September 16, 2017
Ketakutan GM maupun Budiman Sudjatmiko didasarkan pada adanya imbauan pada ajakan TNI AD agar masyarakat nonton bareng (nobar) film G30S/PKI.@budimandjatmiko ini mewakili aktivis yg merasa jadi korban orba namun memuja pemimpin begaya orba. hipokrit.— Nur (@NurRotan) September 16, 2017
Melalui pernyataan resminya kepada awak media, Kapuspen TNI Mayjen Wuryanto mengemukakan alasan nobar film tersebut.
Kapuspen TNI mengatakan rencana nonton bareng film 'G 30 S' yang diselenggarakan TNI AD merupakan momentum untuk kembali mengingat sejarah.
Wuryanto menilai saat ini banyak sekali upaya untuk memutarbalikkan fakta yang sebenarnya.
"Tanggal 30 September kan momen bersejarah yang sangat penting bagi bangsa Indonesia, saat ini banyak sekali upaya pemutarbalikkan fakta sejarah peristiwa 30 September 1965," kata Wuryanto dalam keterangannya, Jumat, 15 September 2017.
Wuryanto memandang masih ada sebagian orang yang berupaya untuk mencabut TAP MPRS No XXV/1966. Tak hanya itu, dia juga menilai ada beberapa kelompok yang mendorong pemerintah untuk meminta maaf kepada PKI.
"Upaya-upaya lain yang dilakukan sekelompok orang untuk pencabutan TAP MPRS no XXV/1966, upaya mendorong pemerintah minta maaf kepada PKI dan lain-lain," tuturnya.
Menurutnya, pelajaran sejarah dan Pancasila pun mulai berkurang selama era Reformasi. Karena itu, dengan adanya penayangan film 'G 30 S', keluarga besar TNI mencoba untuk mengngingatkan kembali kepada seluruh anak bangsa mengenai sejarah yang sebenarnya dialami oleh bangsa Indonesia.
"Sejak era Reformasi, pelajaran sejarah, Pancasila, budi pekerti dan lain-lain kan sangat kurang sehingga selama 19 tahun sampai hari ini, anak-anak muda kita jarang sekali melihat dan membaca sejarah sesungguhnya, bahkan justru yang kedengaran adalah yang sedang diupayakan pemutarbalikkan fakta sejarah karena suaranya lebih keras dan lebih lantang," ujar Wuryanto.
(Baca: http://www.portal-islam.id/2017/09/tegas-kapuspen-tni-nobar-film-g30spki.html )