[PORTAL-ISLAM.ID] Akun official Kodam III/Siliwangi di Twitter dengan tegas menyatakan "PKI masih ada kita HARUS TETAP WASPADA...!!!".
Hal ini ditegaskan saat mengunggah rekaman video pembacaan puisi Taufik Ismail tentang kekejaman PKI lalu diteriaki oleh Ilham Aidit, yang merupakan anak dari DN Aidit.
"Puisi Taufik Ismail bongkar topeng PKI, PKI masih ada kita HARUS TETAP WASPADA...!!!" posting akun @kodam3siliwangi.
Postingan akun Kodam III Siliwangi ini rupanya ada yang gerah.
"Membalas @kodam3siliwangi
Radikalisme dan PKI lebih bahaya mana min. ?
Soalny. 2 isu itu lagi ngetren.
Yg lebih nmpak mana...
Yg gmpang mengfirkan.. Atau yg komunisny" kicau akun @tarisin.
Langsung di BALAS jebret oleh akun Kodam III Siliwangi:
"apapun bentuknya selama itu mengancam kedaulatan & keutuhan NKRI kita harus waspada dan siap melawan ๐ช๐ช๐ฎ๐ฉ๐ช๐ช"
"๐๐Radikalisme sdh dibredel kmrn2, yg belom komunis yg sembunyi2." timpal netizen @DianaMasayu.
[video]
Puisi Taufik Ismail bongakar topeng PKI, PKI masih ada kita HARUS TETAP WASPADA...!!!!@ElshintaBandung @PRFMnews @tni_ad @Puspen_TNI pic.twitter.com/I7x4kdncdD— Kodam III/Siliwangi (@kodam3siliwangi) 17 September 2017
apapun bentuknya selama itu mengancam kedaulatan & keutuhan NKRI kita harus waspada dan siap melawan ๐ช๐ช๐ฎ๐ฉ๐ช๐ช— Kodam III/Siliwangi (@kodam3siliwangi) 17 September 2017
Penyair Taufik Ismail mendapat cemoohan dari sebagian hadirin Simposium Nasional Membedah Tragedi 1965 di Hotel Aryaduta, Jakarta Pusat, Selasa 19 April 2016. Saat itu, di sela-sela simposium, Taufik Ismail tampil membacakan sebuah puisi. Namun, ketika puisi dibacakan, Taufik mendapat teriakan cemoohan dari yang hadir diantaranya anaknya DN Aidit.๐๐Radikalisme sdh dibredel kmrn2, yg belom komunis yg sembunyi2.— #SaveRohingya (@DianaMasayu) 17 September 2017
Berikut adalah kutipan bait pusi yang dibacakan oleh Taufik Ismail. Kata dan kalimat di dalam kurung adalah suara hadirin yang menyela pembacaan puisi Taufik.
Dua orang cucuku, bertanya tentang angka-angka
Datuk-datuk, aku mau bertanya tentang angka-angka
Kata Aidan, cucuku yang laki-laki
Aku juga, aku juga, kata Rania cucuku yang perempuan
Aku juga mau bertanya tentang angka-angka
Rupanya mereka pernah membaca bukuku tentang angka-angka dan ini agak mengherankan
Karena mestinya mereka bertanya tentang puisi
Tetapi baiklah,
Rupanya mereka di sekolahnya di SMA ada tugas menulis makalah
Mengenai puisi, dia sudah banyak bertanya ini itu, sering berdiskusi
Sekarang Aidan dan Rania datang dengan ide mereka menulis makalah tentang angka-angka
Begini datuk,
Katanya ada partai di dunia itu membantai 120 juta orang, selama 74 tahun di 75 negara
Kemudian kata Aida dan Rania, ya..ya..120 juta orang yang dibantai
Setiap hari mereka membantai 4500 orang selama 74 tahun di 75 negara
(Huuuu)
Kemudian cucuku bertanya
Datuk-datuk, kok ada orang begitu ganas..?
(Weeeeeee)
Kemudian dia bertanya lagi,
Kenapa itu datuk? Apa sebab? Mengapa begitu banyak?
Mereka melakukan kerja paksa, merebut kekuasaan di suatu negara
Kerja paksa
Kemudian orang-orang di bangsanya sendiri berjatuhan mati
Kerja paksa
Kemudian yang ke dua
(Huuuuuu...)
Sesudah kerja paksa,
Program ekonomi di seluruh negara komunis tidak ada satupun yang berhasil
Mati kelaparan, bergelimpangan di jalan-jalan
Kemudian yang ketiga,
Sebab jatuhnya puisi ini
(Huuuuuu...)
Sebabnya adalah mereka membantai bangsanya sendiri,
Mereka membantai bangsanya sendiri
Di Indonesia
Pertamakali dibawa oleh Musso, dibawa Musso.
Di Madiun mereka mendengarkan pembantaian.
(Sudah sudah)
(Provokator! Itu bukan baca puisi!)
(Huuuuuuu --- terjadi keributan)
[video puisi Taufk Ismail]