[PORTAL-ISLAM.ID] Presiden Joko Widodo menggelar pertemuan dengan para pegiat media sosial di Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (24/8/2017). Pertemuan berlangsung tertutup selama lebih dari tiga jam. (KOMPAS)
Sontak pertemuan Presiden Jokowi dengan pegiat sosmed (netizen menyebutnya pegiat sosmed yang pro penguasa), banyak mendapat tanggapan dari netizen.
Seorang mantan wartawan grup MetroTV yang sudah insyaf dan kini kerap mengkritik Jokowi, Edy A. Effendi menyatakan dirinya tak gentar dengan manufer macam itu.
"Orang seperti saya dan sebagian yang kontra Pak @jokowi, tak ada ketakutan secuilpun dengan pola Pak Jokowi konsolidasi para pegiat sosmed." tegas Edy A.Effendi melalui akun twitternya @eae18 (25/8/2017).
Orang seperti saya dan sebagian yang kontra Pak @jokowi, tak ada ketakutan secuilpun dengan pola Pak Jokowi konsolidasi para pegiat sosmed https://t.co/xbDrHhmdlS— Effendi (@eae18) 24 Agustus 2017
Effendi menyebut langkah Jokowi itu blunder.
"Pak @jokowi sering blunder menabur kebijakannya. Itu semua bermuara pada kemampuan kepemimpinannya. Kelas dia, memang bukan kelas presiden," telak cuitan @eae18.
"Bukan kelas Pak @jokowi mengumpulkan pegiat sosmed yang pro dia. Seharusnya cukup di level Mas @pramonoanung. Beri arahan dinamika sosmed."
"Kelas presiden tentu bicara pada kebijakan-kebijakan makro. Kemudian diturunkan pada kebijakan mikro oleh para menterinya @jokowi."
"Secara adab, tentu memalukan seorang presiden, harus turun tangan beri arahan ke para pegiat sosmed. Maqom presiden bukan di level ini."
"Kebiasaan Pak @jokowi mengumpulkan pegiat sosmed, yang pro dia, menurunkan kelas dan derajatnya sebagai presiden. Tak elok."
Effendi bahkan menyebut langkah Jokowi mengumpulkan "pasukan sosmednya" hanya akan membuat pihak yang kontra akan lebih gencar.
"Pak @jokowi lupa, perlawanan di sosmed akan lebih gencar jika Pak Jokowi melakukan kebiasaan mengumpulkan para pegiat sosmed," ujarnya.
"Kita tak perlu tunduk dengan kekuasaan. Tak perlu takut untuk berbeda. Tak perlu lemah menghadapi kezaliman yang merajlela. Bangkitlah!" tegasnya.
Pegiat sosmed yang lain, Ardi Wirdamulia seorang doktor jebolan UI di akun twitternya @awemany menyatakan kalau Presiden Jokowi memang ingin menghentikan hate speech dan hoax di sosmed maka harus beri teladan dengan menindak dulu pihak mereka.
"Kalo gue Jokowi, gue minta polri untuk nyikat semua pihak yg menyebarkan hate speech dan hoax. Mulai dari kubu sendiri. Untuk earn trust," tutur @awemany.
Kalo gue Jokowi, gue minta polri untuk nyikat semua pihak yg menyebarkan hate speech dan hoax. Mulai dari kubu sendiri. Untuk earn trust.— Pelan-pelan, Ardi! (@awemany) 25 Agustus 2017
TAPI HARAPAN Pak DR Ardi Wirdamulia sepertinya hanya utopia...
KARENA BUKTINYA... Penyebar hate speech macam Ulin Yusron, bukan ditangkap, malah menjadi salah satu yang diundang Jokowi di Istana dalam pertemuan dengan pegiat sosmed.