[PORTAL-ISLAM.ID] Sebuah laporan WikiLeaks yang dipublikasikan Middle East Monitor pada 8 Agutus 2017 kemarin menggegerkan Timur Tengah. Laporan WikiLeaks ini membongkar "hubungan rahasia" antara Saudi dengan Israel yang sudah berjalan lama.
Sebuah rilis pers “sangat rahasia” dari kementerian luar negeri Arab Saudi, yang dipublikasikan oleh WikiLeaks, mengungkapkan level pendekatan antara Riyadh dan Tel Aviv. Arab Saudi memulai diskusi dalam isu normalisasi dengan Israel dan pada Saudi peace initiative 2002 yang diadopsi oleh Liga Arab di Konferensi Beirut pada tahun yang sama.
Ini diikuti dengan sebuah propaganda media pada 2006, tahun dimana orang-orang berpengaruh di Arab Saudi mulai berbicara lantang bahwa Israel tidak lagi diantara musuh-musuh Amerika Serikat, tapi terdekat seperti sekutu yang tak resmi. Narasi ini telah berkembang dan berubah menjadi inisiatif-inisiatif Saudi untuk mendirikan hubungan antara kedua Negara pada 2008. Sejak saat itu, efektivitas hubungan antara Tel Aviv dan Riyadh dan dukungan atas pendekatan keduanya telah terlihat jelas.
Bukti
Dokumen-dokumen WikiLeaks menambahkan beberapa kredibilitas pada apa yang Saudi lihat sebagai “pembicaraan tanpa bukti,” baik mengenai hubungan Saudi dengan Israel atau isu lain. Tapi apa yang baru dalam hubungan Saudi-Israel adalah bahwa Riyadh telah meluncurkan sebuah fase pendekatan baru dengan Israel, tapi tidak pada level intelijen dan keamanan. Dalam salah satu telegram, yang bertanggal 27 April 2005, yang dikirim oleh Undersecretary of State for Economic and Cultural Affairs di Kementerian Luar Negeri Saudi, mengenai penerimaan sebuah telegram dari kepala kabinet perdana menteri Arab Saudi, untuk mengklarifikasi hubungan Saudi dengan perusahaan-perusahaan Israel, sang Undersecretary kementerian Luar Negeri Saudi merujuk pada Keputusan Kabinet Saudi No.5 pads 13 Juni 1995.
Keputusan tersebut mengenai penundaan boikot atas Israel di tingkat kedua dan ketiga, dan penjagaan level pertama, yang menyebutkan bahwa Kerajaan memboikot total perusahaan-perusahaan Israel dan tidak memboikot perusahaan yang dimiliki Israel atau orang-orang berkewarganegaraan Israel, atau perusahaan asing yang memiliki perjanjian dengan perusahaan-perusahaan Israel menurut tingkap pertama. Ini berarti bahwa otoritas Saudi telah mengizinkan berbagai perusahaan, yang memiliki hubungan dengan Israel, untuk bekerja di Kerajaan dalam berbagai bidang, sejak pertengahan 90-an, dan bahwa review hanya dibatasi pada kasus-kasus special yang berkaitan dengan keamanan informasi.
Dalam konteks ini, Koran Israel Haaretz melaporkan bahwa investasi Israel secara langsung, apakah perbankan atau komersial, sedang menyaksikan pertumbuhan stabil yang secara perlahan dimulai dengan pergantian millennium.
Pada pertengahan 2012, Mayor Jendral Nayef bin Ahmed bin Abdul Aziz, salah satu komandan militer Saudi yang paling penting yang memiliki spesialisasi di bidang operasi khusus dan peperangan elektronik, mempublikasikan sebuah artikel di majalah American Joint Forces, yang berbicara secara positif mengenai Israel dan kebutuhan untuk memperkuat relasi antara negaranya dan Tel Aviv.
Ia menekankan bahwa kebutuhan antara kedua Negara untuk berinvestasi dalam perkuatan ikatan dalam kerjasama dan penyatuan antara bangsa Palestina dan Arab di satu sisi, dan Israel di sisi lain. Sebuah telegram dari Undersecretary of State for Information and Technical Affairs kepada Saud Al-Faisal menunjukkan bahwa pihak Saudi tertarik melihat reaksi Israel terhadap artikel ini, yang bisa dideksripsikan sebagai salah satu tes untuk memperkuat hubungan antara Tel Aviv dan Riyadh.
Telegram lain termasuk sebuah artikel yang ditulis oleh penulis Israel di Haaretz, Amir Oren, yang merujuk pada artikel Nayef yang menunjukkan bahwa Riyadh sedang tergoda untuk memiliki hubungan normal dengan Israel dibawah kondisi-kondisi tertentu. Ini mengonfirmasi bahwa artikelnya Naif adalah sebuah tes untuk mengetahui reaksi dari Israel yang terutama dan reaksi media Arab yang kedua. Ada telegram lain dari Undersecretary of State for Information and Technical Affairs kepada Saud Al-Faisal mengenai ketertarikan media Arab pada artikel dari penulis Israel dan komentar-komentarnya mengenai seluruh isu.
Hubungan popular
Bocoran WikiLeaks mengenai korespondensi luar negeri Arab Saudi juga mengonfirmasi bahwa keberadaan dari tanda-tanda hubungan antara Riyadh dan Tel Aviv tidak hanya di tingkat pejabat tapi juga di tingkat akar rumput. Salah satu dokumen ini memberi pencerahan mengenai sebuah protocol tak resmi yang dicomblangi oleh Amerika Serikat yang memperkuat hubungan antara Kerajaan Saudi dibawah sebuah dalih akademis. Ini terjadi dalam apa yang disebut para pakar hubungan internasional sebagai “pendirian hubungan normal yang berakar di dasar.” Telegram yang dikirim oleh Kementerian Luar Negeri Saudi meminta penyelesaian informasi mengenai sebuah delegasi berisi puluhan mahasiswa Saudi yang dijamu oleh kedutaan besar Israel di Washington sebagai bagian dari sebuah program pelatihanan untuk mempersiapkan kepemimpinan, dibawah sponsor pemerintah Amerika Serikat.
Telegram tersebut, yang dikirim pada Agustus 2008, merujuk pada permintaan kementerian luar negeri untuk melihat isi dan tujuan kunjungan tersebut, juga kuisioner yang diisi oleh para mahasiswa, sebagai tambahan dari konten artikel yang ditulis dan dicetak oleh kedutaan Israel dan diberikan pada para mahasiswa. Ini juga merujuk pada penyelidikan Arab Saudi mengenai tujuan dari kunjungan dan apa yang terjadi. Dokumen tersebut menyebutkan bahwa para mahasiswa Saudi mendengarkan sebuah penjelasan dari staf kedutaan Israel, memberikan pertanyaan dan mengambil foto-foto.
Yang luar biasa adalah bahwa kementerian luar negeri Saudi tidak memberikan keberatan atau peringatan apapun dalam telegram mengenai kunjungan ini, dan bahwa kunjungan ini ditanggapi seperti rutinitas, persis seperti saat Kementerian Luar Negeri bertanya pada kedutaan-kedutaannya di seluruh dunia mengenai sebuah acara tertentu. Ini menunjukkan bahwa aktivitas-aktivitas serupa terjadi secara rutin dan tidaklah kegiatan terpisah dari seseorang atau rombongan yang memegang kewarganegaraan Saudi dan tinggal di Amerika Serikat dan yang telah bertindak dalam kapasitas individu.
Ini alih-alih berada dibawah sponsor sebuah pemerintahan Amerika yang melibatkan Negara-negara yang paling bersahabat dengan Amerika Serikat – termasuk Arab Saudi dan Israel- dan menyadari tujuan dan tahapnya. Partisipasi Arab Saudi dalam program ini dimulai saat pangeran Turki Al-Faisal, yang dianggap sebagai godfather pendekatan antara Tel Aviv dan Riyadh, menempati pos duta besar Kerajaan di Washington.
Melihat konten program AS, rencana ini memiliki tujuan melatih anak muda dalam kepemimpinan didalam komunitas mereka dan dalam kerjasama internasional dengan sesama mereka di Negara lain. Program ini juga bertujuan untuk menciptakan generasi muda yang aktif baik di level social dan politik, khususnya untuk berspesialisasi di hubungan internasional dan bagaimana mengelola mereka. Ini sesuai dengan kebijakan Saudi yang bertujuan, sejak tanggal yang berdekatan dengan kunjungan, untuk memperdalam proses normalisasi dengan Israel di tingkat popular. Ini telah mengambil trend meningkat sejak 2011, dan mencapai penerimaan akhir warga Saudi akan sebuah hubungan normal dengan entitas Zionis.
Pada 2014, sebuah survey yang dilakukan oleh Washington Institute for Near East Policy mengenai konflik Arab-Israel dan mengenai masa depan proses perdamaian mengungkapkan bahwa mayoritas rakyat yang disurvei di Arab Saudi, sekitar 1000 orang, mendukung “berdamai dengan Israel dan solusi dua Negara.” Sampel Saudi, saat dibandingkan dengan UEA dan Kuwait, berada di peringkat teratas, dalam hal jumlah pendukung “damai” dengan Israel diantara ketiga sampel, di level 61 persen. Dalam konteks ini, Salman Al-Ansari, pendiri Saudi Lobby di Amerika Serikat, menyerukan sebuah “Aliansi kerjasama” antara Riyadh dan Tel Aviv yang berdasarkan “kepentingan kawasan dan ekonomi yang sama.”
Dia juga menyebut bahwa “ada kesempatan bersejarah untuk sebuah era baru yang berisi kedamaian dan kesejahteraan.” Menurut website berita Times of Israel, Al-Ansari, kepala dari Komite Urusan Hubungan Masyarakat Saudi-Amerika, menulis di The Hill (media AS) bahwa Israel “ berada di posisi unik untuk menolong tetangganya dalam perkembangan ekonomi di tahun-tahun sesudahnya.” Ia mempertimbangkan bahwa dialog politik antara kedua pihak tak hanya menjadi kepentingan kedua Negara, tapi juga menjadi kepentingan timur tengah dan sekutu-sekutu internaisonal Arab Saudi dan Israel.”
Menurut Al Mayadeen, Al-Ansari menulis bahwa Israel adalah “salah satu dari Negara yang paling berkembang dan berteknologi maju di bidang pertambangan,” dan menambahkan bahwa Israel adalah “salah satu Negara terdepan dalam industri rekayasa air,” yang merupakan dua isu penting bagi Arab Saudi.
Sumber : https://www.middleeastmonitor.com/20170808-wikileaks-riyadh-flirts-with-tel-aviv-through-normalization/