[PORTAL-ISLAM.ID] Sebanyak 30 kepala suku adat di Papua dan Papua Barat yang dibina ustadz Fadlan Rabbani Garamatan mendapat undangan khusus dari Raja Salman untuk naik haji 1438 H. Mereka sudah berangkat ke Tanah Suci Sabtu (19/8/2017) diawali dengan silatrurahim dan pamitan ke Wapres JK.
Ini adala buah dakwah dan perjuangan da'i asal Papua, ustadz Fadlan Rabbani Garamatan.
Hampir seluruh jamaah muslim di berbagai mesjid dan perkumpulan pengajian di Indonesia mengenal siapa Ustad Fadlan Rabbani Garamatan. Ustad yang merupakan warga asli Papua ini dikenal karena kegigihannya dalam menyebarkan agama Islam di Tanah Papua sejak tahun 1980.
Kegigihan Ustad Fadlan berdakwah di Papua sampai keluar masuk penjara. Yang pertama Ustad Fadlan pernah merasakan jeruji sel tahanan dikarenakan laporan terhadap dirinya, dikarenakan Ustad Fadlan membuat geger Irian Jaya (saat itu tahun 1980-an, belum berganti nama Papua) karena seorang pendeta terkenal bernama Alfonso beserta seluruh keluarganya menyatakan masuk Islam setelah mendapat dakwah dari ustadz Fadlan.
Setelah gigih berdakwah selama tiga bulan di keluarga pendeta Alfonso, akhirnya pendeta itu bersama keluarganya mengucapkan syahadat. Akibatnya tanah Irian geger dan ustadz Fadlan ditahan selama tiga bulan tanpa pengadilan.
Keluar dari tahanan Ustadz Fadlan tidak kapok dan kembali berdakwah. Kali ini ia menuju tempat bernama Kampung Gayem di pedalaman Papua. Baru sampai ditempat tersebut kepala suku langsung melempar tombak ke salah satu kaki ustadz Fadlan dan tepat mengenai betisnya. Iapun harus masuk rumah sakit selama beberapa minggu. Setelah sembuh ia kembali datang ke Kampung Gayem lagi hingga akhirnya kepala suku yang menombak kakinya masuk Islam. Tapi lagi-lagi, setelah mengislamkan seorang tokoh, ustadz Fadlan ditangkap dan dipenjara lagi, kali ini selama enam bulan.
Ustadz Fadlan menceritakan perjalanan dakwahnya di Papua yang fenomenal adalah saat 3712 anggota suku di Papua berhasil diislamkan dan mengucap kalimat syahadat. Metode yang ia gunakan untuk mengislamkan penduduk pedalaman ini cukup unik, yaitu dengan mengajari para kepala sukunya mandi dengan sabun dan menggunakan sampo.
Usai mengumpulkan ribuan anggota suku, ustadz Fadlan dan tim da’inya memprakktekan sholat diatas panggung yang telah mereka buat. “Begitu kami takbir, warga suku yang sudah mandi maupun yang belum mandi berdiri dan berputar mengelilingi panggung tempat kami sholat,” kata ustadz Fadlan menerangkan.
Usai sholat, kepala suku langsung loncat ke atas panggung dan bertanya kepada ustadz Fadlan, apa yang baru saja dia lakukan bersama tim da’inya. Dengan sabar ustadz Fadlan menjelaskan bahwa yang mereka lakukan baru saja itu adalah sholat untuk menyembah Allah subhanahuwata’alla.
“Dalam agama kami, kami diperintahkan sehari lima kali untuk menghadap Allah sang pencipta,” terang ustadz Fadlan kepada kepala suku itu.
“Begitu mendengar penjelasan saya, kepala suku meminta kami turun dari panggung. Kemudian kepala suku besar naik ke atas panggung bersama enam kepala suku lainnya untuk melakukan rapat adat membahas kehadiran kami,” lanjut ustadz Fadlan.
Satu setengah jam kemudian kepala suku berdiri diatas panggung dan berteriak kepada warganya “Hari ini kita senang, hari ini kita gembira, karena anak-anak ini datang mengajarkan kita agama yang benar. Dalam rapat adat kami sepakat bahwa kita semua yang berkumpul di lapangan ini mengikuti agama yang mereka ajarkan,” kata ustadz Fadlan menirukan perkataan kepala suku.
Mendengar penjelasan dari kepala suku, sontak ustadz Fadlan dan tim da’inya sujud syukur dan menangis kepada Allah Subhanahuwata’alla. Saat itulah sebanyak 3712 warga pedalaman mengucapkan kalimat syahadat dan memeluk Islam.