[PORTAL-ISLAM.ID] Berita penusukan yang dialami oleh ahli IT lulusan ITB, Hermansyah, Ahad 9 Juli 2017 lalu menambah panjang daftar intimidasi yang diterima umat Islam sesudah kasus Habib Rizieq dan Novel Baswedan.
Seperti diketahui, memasuki hari ketiga, polisi belum juga dapat menemukan siapa pelaku pengeroyokan Hermansyah. Hal tersebut hampir mirip dengan Novel Baswedan, yang hingga hari ini -hari ke 91- belum ditemukan pelakunya, atau kasus Habib Rizieq yang hingga kini, penggunggah chat Habib Rizieq, tak juga ditemukan.
Namun anehnya, ketika Markas Polda Sumut diserang orang tak dikenal, polisi langsung dapat mengidentifikasi dan menyatakan bahwa tersangkanya adalah teroris.
Begitu pun terduga penusukan anggota Brimob yang keburu tewas sebelum diinterogasi, langsung disimpulkan sebagai teroris.
Atau kasus bom Kampung Melayu yang bahkan bisa langsung bisa diketahui harga panci dan nama jelas pelaku serta keterlibatan mereka dalam ISIS, padahal pelaku tewas dan potongan tubuhnya berhamburan.
Hal ini tentu mengundang kecurigaan publik.
Mengapa teroris yang sudah mati saya bisa diungkap, sedangkan pelaku penyerangan Novel, pelaku penyerangan Hermansyah, dan penyebar chat Habib Rizieq raib entah ke mana?
Belum lagi yang lebih mencurigakan, adalah motif penyerangan Hermansyah, mengingat Hermansyah diketahui sebagai ahli IT yang mengungkapkan bahwa chat Habib Rizieq dengan Firza Husein adalah palsu.
Dengan terlukanya Hermansyah, Firza tidak dapat menghadirkan saksi ahli dalam persdangan.
APAKAH SELAIN KEJAHATAN TERORISME SULIT DIUNGKAP POLISI?
Yang jelas, saat ini semua mata publik terarah kepada pihak kepolisian. Jika polisi gagal mengungkap kasus Hermansyah, maka terlaksananya pengadilan jalanan akan semakin dekat.