Karena orang DESA adalah mereka yang punya sopan santun dan tata krama jauh lebih tinggi dari orang KOTA maka perkataan NDESO itu sebenarnya ciri ucapan KAUM BORJUIS kepada WONG CILIK yang eksistensinya terancam ketika perilaku baik semakin hari semakin banyak diikuti (kembali) oleh sebagian besar masyarakat.
Jadi sebenarnya kata NDESO itu awalnya dipakai oleh KAUM BORJUIS yang mengajak WONG CILIK untuk melakukan tindakan tindakan asusila seperti minum beralkohol, berbuat sex bebas, hedonisme dan segala perbuatan konsumtif yang cenderung menjauhkan manusia dari sifat-sifat yang menjunjung tinggi KEIMANAN.
Dicontohkan oleh banyak film-film dulu ketika ada seorang SANTRI dari desa pindah ke Jakarta, dia tetap membawa nilai luhur desanya yang rajin sholat, tidak meminum alkohol, saling membantu, tidak berzina. Oleh sahabatnya di kota malah dibilang "ah perilaku kamu masih kayak orang kampung bener, NDESO". Padahal dia hendak melakukan hal yang sudah sesuai dengan KEYAKINAN yang telah mengakar dan menjadi budaya selama ini.
Jadi perilaku orang DESA itu adalah perilaku yang luhur.
Salah kalau ada yang menggunakan term NDESO untuk segala hal, apalagi diucapkan oleh bocah yang baru lulus dari sekolah di SINGAPORE yang mungkin menganggap kota itu lebih URBAN ketimbang INDONESIA yang masih terlihat seperti Kampung. Makanya hal baik yang dilakukan oleh orang INDONESIA dibilang KAMPUNGAN alias NDESO.
(Luke Syamlan)