(by Zeng Wei Jian)
Seseorang mengirim foto di WA grup. Seorang komandan dengan baret biru, sedang inspeksi pasukan. Berewok. Gagah. Saya kira dia Fidel Castro. Seorang revolusioner Kuba. Karena mata saya minus parah, foto jadi blur. Saya zoom. Eeh, Ternyata itu Surya Paloh.
Baret Surya Paloh miring ke kanan. Sedangkan baret ajudannya miring ke kiri. Jadi tertawaan netizen seantero dumay.
Sejak kemarin, tanggal 17 Juli 2017, sosmed rame caci-maki. Netizen merilis cyberbully. Isinya ada yang kasar, kocak, sinis. Target mereka adalah Akademi Bela Negara Partai Nasdem.
Dulu ada ormas PKRI (Perintis Kemerdekaan RI) yang bergaya mirip TNI. Dibubarkan karena bikin resah masyarakat. Ormas ini menggunakan seragam mirip TNI. Lengkap dengan insignia, baret warna-warni, airsude, wing, brevet dan bahkan tali kur.
Yang dilakukan Surya Paloh ini, dalam dunia seni, disebut "impersonate" (gaya-gayaan meniru).
Sayangnya, di America's Got Talent, Britain's God Talent, American Idol dan X Factor, ngga ada satu pun "impersonate artist" pernah jadi juara. Agaknya, publik ngga begitu suka peniru, plagiator atau impersonator.
"Impersonate" bukan sesuatu yang unique khas manusia. Hewan seperti mockingbirds, Viceroy butterflies, dan octopus gunakan "impersonation" sebagai "survival strategy".
Gaya-gayaan mirip TNI (regular army) seringkali merupakan ekspresi dari "stolen valour" alias gagah-gagahan.
Saya curiga, para impersonator non-seniman mengidap semacam penyakit yang disebut "Mirrored-self misidentification": the belief that one's reflection in a mirror is some other person.
Saya ngga tau, apakah saat Surya Paloh bercermin, dia akan melihat dirinya sebagai Mac Arthur atau tidak. Yang pasti, dia gagah sekali saat memakai baret dengan pakaian longgar berkantong besar-besar seperti yang sering dipake Chairman Mao Zedong.
THE END alias TAMAT 😀😀😀