Saya prihatin dengan pemburu malam ganjil. I'tikaf di beberapa masjid, malam ganjil penuh sesak dan malam genap sepi senyap.
Tidakkah mereka tahu, malam-malam yang dilupakan tinggi nilainya di sisi Allah sebagaimana bulan yang dilupakan, Sya'ban? Bila kita baca kisah-kisah seperti dalam at-Tawwabin, nampaklah jelas Allah sangat iba dan welas asih pada semua hal yang dilupakan. Temukan juga welas asih Allah di malam genap yang dilupakan.
Betul, hadits-hadits masyhurnya menyebut Lailatul Qadr jatuh di malam ganjil, khususnya malam 27. Tapi jangan lupa ayat ini "katakanlah (Muhammad), jika kalian mencintai Allah, ikutilah aku maka Allah akan cinta pada kalian."
I'tikaf di malam ganjil mungkin akan membuat kita menemukan rahmat Allah, Lailatul Qadr. Tapi beri'tikaf juga di malam genap akan mendatangkan cinta Allah, sebab itu adalah sunnah, ittiba'. Kira-kira bila Allah mencintai hamba-Nya, apa yang akan dia kasih? Lailatul Qadr? Lebih, lebih besar dari Lailatul Qadr, bahkan 1000 kali Lailatul Qadr.
Lailatul Qadr adalah malam spiritual, semua mungkin bisa menemukannya. Tapi tak semua memiliki kedalaman yang sama dalam meraup fadhilahnya, dan yang lebih baik adab i'tikafnya berpotensi menyelam lebih dalam sebab karunia Allah tak ada batasnya.
Lailaul Qadr adalah lautan, seberapa dalam kita bisa masuk ke dalamnya? Atau, kita hanya sebatas menemukannya saja: Ah itu laut!
(Rudi Wahyudi)