[PORTAL-ISLAM.ID] Pukul 03.00 WIB pada pagi hari pertama Idul Fitri, Ahad, 25 Juni 2017 lalu Markas Polda Sumatera Utara diserang 2 orang tak dikenal yang diduga teroris. Dalam penyerangan tersebut, seorang polisi dan seorang pelaku tewas.
Sesudah diadakan penyelidikan, diduga bahwa pelaku adalah teroris karena adanya bendera ISIS di rumah pelaku. Tak hanya itu, tersangka pun bertambah menjadi 2 orang lagi.
Saat ini ketiga tersangka sudah diamankan di Mako Brimob.
Namun hari ini sebuah hal berbeda diungkap oleh netizen linimasa facebook Surya Hardyanto.
Melalui kolom komentar, ia bercerita bahwa orangtuanya bertempat tinggal di dekat Polda Sumut, bahwa pelaku dan korban sama-sama non muslim, serta permasalahan utamanya adalah utang piutang. Jadi Suryo dan warga sekitar merasa heran ketika kasus penyerangan diangkat ke media massa malah dispin menjadi kasus terorisme.
"Sedikit informasi saja, kebetulan rumah orang tua saya tidak jauh dari mapolda Sumut. Kebetulan saat berkunjung ke kediaman orang tua, saya dapat kabar bahwa peristiwa di mapolda itu karena masalah utang piutang. Dan pembunuh dan korban sama-sama non muslim. Warga di sekitar mapolda saja heran, kenapa berita di tv jadi terkait masalah teroris.. waallahu a'lam."
Seorang netizen, Eri Taufiq Abdulkarim pun turut berkomentar.
"Bangtit (Kapolri Jendral Tito Karnavian -red), kalau sudah begini, apa bukan mengarang bebas namanya + bumbu kebohongan dan fitnah?" tulisnya, Selasa 27 Juni 2017.
Menanggapi hal tersebut, seorang netizen Cut Meutia Adrina pun mengungkapkan kecurigaannya pada kasus penyerangan tersebut, karena dirasa terlalu aneh jika penyerang adalah teroris.
"Nah.. Dari awal kejadian (diberitakan di media massa), saya sudah ingatkan, coba cek, siapa tau ada urusan personal, karena jika melihat kronologisnya, gaya penyerang yang hanya menggunakan pisau tajam, dan aparat yang bertugas pada malam itu tidak menggenggam senpi, agak aneh jika dikaitkan dengan jaringan teroris, artinya mereka saling kenal. Jelek2 gini gue juga sedikit taulah SOP penjaga kesatrian, apalagi sekelas Mapolda," ungkapnya, Rabu 28 Juni 2017.
Jika benar korban dan penyerang saling kenal dan terlibat masalah personal, lalu apa maksud polisi memutar kasus ini hingga ke arah terorisme? Apa yang sedang direncanakan polri?