➡ Pak polisi,
Nanti kalau saya buat video pendek durasi 15 menit. Isinya tentang perencanaan teror bom dengan pak polisi terlibat didalamnya sebagai otak pelaksanaan, apakah pak polisi tidak marah?
Kalau tidak marah dan menghargai kebebasan berpendapat dan berekspresi saya, maka saya akan buat video itu bersama teman-teman dengan cerminnya film "ALIF LAM MIM".
➡ Buat teman non muslim..
Nanti kalau saya buat video saat perayaan Natal, dimana masjid dibakar saat perayaan Lebaran. Dibakar karena mekak-nya suara takbir. Umat Kristen dengan lambang salib Segede Gaban di dada mereka, acungkan golok dan panah pada kami umat Islam. Mereka bernyanyi "haleluya" saat masjid terbakar. Apakah kalian terima kalau film itu kami edarkan dan kami katakan kebebasan berpendapat dan berekspresi?
➡ Buat teman Hindu, kalau kami membuat Video dimana saat Nyepi ada Rumah Makan Padang buka disebelah Pura, dan menerima pelanggan. Dari dalam rumah makan terdengar teriakan keras dan dentingan piring:
"meja TIGO tambuaaaah cieeeeekkk.."
Lalu ada pencalang yang ngamuk dan maki-maki pemilik rumah makan. Rumah makan dibakar, dan pemiliknya di arak keliling kampung karena hina perayaan Nyepi. Apakah kalian rela film itu kami juga edarkan?
➡ Buat teman Budha, saat perayaan Waisak kamu luncurkan film pendek dimana bhiksu memukul dan membakar pengemis yang antri di klenteng kalian layaknya perlakuan pada umat Rohingya, apakah kalian rela juga video itu beredar saat perayaan hari besar kalian..?
Coba tanya hati dan nurani kalian, apakah kalian rela saat video-video itu kami edarkan dengan mengambil tema beginilah umat-umat yang katanya BHINEKA di negara kami...INDONESIA.
Saat kami protes pada Divisi Humas Polri, harusnya kalian Non-Muslim juga ikut bersuara menandakan kalian juga tidak setuju hal itu. Apabila kalian diam, kami merasa heran.
Apakah perlu kalian rasakan juga saat video itu menghina dan menyindir agama kalian?
Ada sedikit kecewa, disaat saudara muslim kami yang dukung pemerintah diam dan setuju video pelecehan tersebut...kami melihat kalian. Apakah diam kalian juga karena setuju? Kalau tidak ingin terlibat....percuma kita berjuang di media sosial selama ini. Karena kita sudah melibatkan diri bersama-sama disini.
Kebaikan saya tulus, seorang Natalius Pigai dikatakan monyet saya juga akan marah. Walaupun saya tau Natalius Pigai berbeda dengan saya dari keyakinan dan dari Ras. Peduli itu..tidak memandang dari mana kita berasal. Apa jadinya kalau saat Natalius Pigai dihina saya diam dan hanya melihat orang Papua marah? Orang Papua akan menganggap bahwa mereka benar bukan bagian dari Indonesia..dan memutuskan merdeka. Karena tidak ada yang membela Natalius Pigai saat dihina.
Kalau saya ikut protes dan mengecam hinaan pada Pigai, maka rakyat Papua merasa bahwa mereka memang bagian dari negara ini. Ada saudara yang ikut merasakan penderitaan Pigai.
Kalau tulus bersama, kita bisa merubahnya. Namun kalau tulus masih berkotak-kotak...maka perangilah saudara sendiri.
Terima kasih buat "sedikit" teman-teman Non-Muslim saya yang sudah ikut bersama kami protes pada POLRI atas video tersebut. Salut buat kalian.... Mungkin harus jadi teman dulu agar bisa ikut peduli bersama kami. Tolong tularkan kepedulian itu..pada teman-teman Non-Muslim disana, di "dunia" yang lain. Dunia yang anggap video itu adalah sebuah kegembiraan.
Untuk merasakan apa yang kami rasa, perlu juga di balikkan suasana itu ke dalam perayaan kalian. Coba rasakan....test the water.
(by Setiawan Budi)
***
Kalau Umat Islam bikin film-film seperti itu... bakalan langsung ditangkep semua kru dan penyebarnya ke penjara, dengan tuduhan Anti-Bhinneka, SARA, makar, dll.