[PORTAL-ISLAM.ID] Linimasa twitter dua hari kemarin sempat digegerkan kabar fitnah terhadap isi kotbah Idul Fitri Ustaz Bachtiar Nasir di Masjid Al-Azhar Jakarta, Ahad, 25 Juni 2017.
Fitnah itu dilakukan oleh seorang netizen pendukung mantan Gubernur DK Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
"Stlh sholat Ied di Mesjid Agung Al Azhar, begitu yg ceramah blg "Islam toleran adalah Islam setan", eike langsung deh ngabur..," kicau akun twitter @v13na, 25 Juni 2017.
Cuitan ini segera diviralkan, dibumbui dengan provokasi dan diamini oleh Ahoker lainnya termasuk oleh dua tokoh pentolan Jaringan Islam Liberal (JIL), Akhmad Sahal dan Savic Ali.
Namun usai terbukti bahwa cuitannya ternyata sebuah fitnah netizen @v13na pun meminta maaf. ( link: http://www.portal-islam.id/2017/06/dasar-ahoker-lebaran-gini-gak-libur.html )
Begitu juga dengan Savic Ali dan Akhmad Sahal. Mereka minta maaf telah memviralkan sebuah fitnah yang ditujukan untuk Ustaz Bachtiar Nasir.
Mbak @v13na sdh menyadari kesalahan dengarnya dan minta maaf. Karna gw ikut membuat twit itu nyebar gw jg minta maaf. Mumpung msh lebaran. 😀— savic ali (@savicali) June 26, 2017
Menanggapi fenomena mudahnya menebar fitnah lalu meminta maaf, seorang jurnalis senior, Edy Ahmad Effendi bercuit kritis.Saya jg minta maaf sebesar2nya pd Ust @bachtiarnasir krn ikut nyebarin twit salah denger ini. Semoga ke depannya saya bisa lebih berhati2. https://t.co/HR3OnU8PXi— akhmad sahal (@sahaL_AS) June 26, 2017
- Kata MAAF sepertinya sudah jadi "JURU SELAMAT" si tukang fitnah. Dan semua orang merayakan festival kata-kata dengan berbagai ragam pujian— Effendi (@eae18) June 26, 2017
Cuitan ini sangat tepat dan tak hanya menyasar kedua pentolan pengusung Islam Liberal yang kini bersembunyi di balik topeng Islam Nusantara.Fitnah. Maaf. Fitnah lagi. Maaf lagi. Fitnah lagi. Maaf lagi. Siklusnya akan terus berulang. Orang seperti ini layak dimasukin got— Effendi (@eae18) June 27, 2017
Begitu mudah dan murahnya kata 'MAAF' terucap sehingga pada akhirnya kata 'MAAF' kehilangan makna sebagai sebuah ungkapan sesal yang semestinya diikuti dengan sebuah tindak pertobatan alias laku untuk tidak mengulangi perbuatan yang sama.
Kata 'MAAF', seperti yang diungkapkan Edy, telah menjadi 'JURU SELAMAT' bagi mereka yang gemar memfitnah. Tebar fitnah, minta maaf, selesai. Itu polanya. Tanpa sesal, apalagi pertobatan.
Kata 'MAAF' menjadi jurus penyelamat paling ampuh para pemfitnah yang langsung menyebar berita tanpa melakukan tertib verifikasi sumber data, atau bagi para provokator yang gemar memancing kerusuhan.
Kata 'MAAF' ini berhasil menyelamatkan banyak pendukung Ahok dari amuk massa. Apakah para pemfitnah itu menyesal? TENTU TIDAK.
Ingin bukti?
Tengok saja Dokter Fiera Lovita yang dengan berurai air mata mengucap kata 'MAAF' di hadapan pemuka agama dan warga kota Solok.
Lalu seperti kita ketahui berikutnya, ia menjual kisah drama persekusi ke ruang-ruang publik. Adakah sesal dan pertobatan di balik kata 'MAAF'nya? Tentu tidak.
Meski demikian, keberanian para pemfitnah untuk meminta maaf, harus diapresiasi. Karena dari sebegitu banyak para pemfitnah, yang benar-benar berani secara gagah meminta maaf, bisa dihitung dengan jari.