[PORTAL-ISLAM.ID] Bagaimana kami bisa percaya pada kecurigaanmu yang berlebihan pada GNPF-MUI? Belum lima langkah meninggalkan istana, kau sudah menuduhnya masuk angin. Baru saja keluar dari gerbang istana, kau sudah menuduh UBN sebagai biang keladinya.
GNPF-MUI bukan UBN seorang saja. Para ulama lain tidak mungkin tinggal diam jika UBN berbuat seperti yang kau tuduhkan. HRS memang tidak ada di istana, tapi sekurangnya diwakili oleh pengacaranya. Sampai sekarang HRS masih GNPF-MUI. Mustahil rasanya GNPF-MUI meninggalkan HRS. Itu sama saja dengan bunuh diri bersama.
Tuduhanmu membuat lawan jingkrak-jingkrak dan tertawa sampai kejang mereka punya perut. Jika kita menyadari kita sedang diadu domba, maka kecurigaanmu yang berlebihan adalah arenanya, dan fitnahmu terhadap UBN adalah dombanya. Para lawan kita penontonnya.
Bagaimana kami bisa percaya pada kecurigaanmu yang berlebihan pada GNPF-MUI? Belum lima langkah meninggalkan istana, kau sudah menuduhnya masuk angin. Baru saja keluar dari gerbang istana, kau sudah menuduh UBN sebagai biang keladinya.
Kau bukan polisi anti teror yang mampu menyebut nama pelaku teror hanya dalam waktu lima belas menit setelah kejadian, lengkap dengan biodata pelaku, sampai kegiatan terakhirnya, seolah polisi membuntutinya dari pagi hingga malam sebelum kejadian
Kami juga tidak ingin seperti polisi yang mengusut kasus Novel Baswedan. Sudah berbulan lamanya, pelakunya belum ketahuan juga. Jika suatu saat terbukti GNPF-MUI mengkhianati kami, kami tahu bagaimana cara menghukumnya. Sekarang sebaiknya kau diam saja.
Para pejuang yang dulu gugur di medan laga membela negara dari cengkraman penjajah Belanda, kita menyebutnya pahlawan tanpa tanda jasa. Para politisi yang berunding dengan Belanda demi kemerdekaan kita, juga kita sebut pahlawan bertanda jasa.
Faham maksudnya? Kalau belum, mandi dulu deh, sekurangnya cuci muka.
(Balya Nur)