REZIM ISLAMOPHOBIA
Rezim Yang Tuna Sejarah dan Tak Paham Islam dan Umat Islam Indonesia
Dari twit @fadlizon (28/6/2017):
1. #RezimIslamophobia ini tak paham Islam dan umat Islam Indonesia. Sering memojokkan dan membuat stigma "radikal", "teroris", "intoleran".
2. Padahal kalau elit #RezimIslamophobia mau belajar sejarah sedikit ttg perjuangan tokoh2 Islam maka tak akan ada pandangan picik thd Islam.
3. Sejak RI merdeka sampai era reformasi, tak ada "teroris" muslim apalagi bom bunuh diri. Apalagi waktu itu Perang Dingin.
4. Baru setelah 911 th 2001, muncul "teroris" dan bom bunuh diri. "Islam" jadi ancaman peradaban kalau pakai pikiran Huntington.
5. Usai Perang Dingin, komunisme vs kapitalisme, Huntington nulis "Clash of Civilization". Kata Edward Said ini spt blue print ideology baru.
6. Maka usai "kekalahan" komunisme dan bubarnya Soviet, Islam jadi ancaman. Dmn2 terjadi konflik terkait Islam atau negara Islam di Timteng.
7. Kekacauan di negara2 Islam umumnya krn intervensi Barat spt Irak, Libya, Mesir, Somalia, dll.
8. Ada juga krn faktor internal domestik tentu saja spt Tunisia, dan bbrp negara lainnya. Namun "terorisme" dan "radikalisme" adalah fenomena baru.
9. Fenomena itu terus menonjol dalam 2 dekade ini khususnya, sekali lagi pasca Perang Dingin. Kelihatan ada pihak yg selalu ingin ada Perang.
10. Jika tak ada perang, siapa yg beli senjata2. Perang adalah bisnis para industrialis senjata. Krn itu kalau tak ada perang, tak ada bisnis.
11. Bayangkan klu dunia ini setiap negara damai aman sentosa, tak ada permusuhan, siapa yg beli senjata baik darat, laut maupun udara?
12. Sama dg "terorisme". Kalau tak ada "teroris" lantas apa yg diperangi? Meskipun "teroris" itu ada dan nyata, tapi siapa di belakangnya?
13. Yg jelas Islam tak mengajarkan "terorisme" bahkan mengutuk tindak biadab itu. Islam agama damai, selamat, hargai perbedaan.
14. Bagi saya yg alami zaman Orba hingga kini, tak pernah menyaksikan orang Indonesia jd teroris kecuali pasca 2001. Ini perubahan drastis.
15. Jelas ada yg ingin kekacauan di Indonesia yg tak sejalan dg sikap dan pandangan mayoritas muslim di Indonesia sendiri.
16. Saya yakin 99,9% muslim di Indonesia adalah muslim moderat yg toleran, tepa selira, dan memahami kebhinekaan sbg keniscayaan.
17. Yg berbahaya adalah kalau penguasa selalu salah menempatkan diri terhadap Islam dan umat Islam itu. Selalu dituduh radikal, intoleran, dll.
18. Sikap tak adil penguasa thd para ulama, ustadz dan thd Islam umumnya akan jadi blunder besar dlm upaya menciptakan kedamaian di NKRI.
19. Dg kemajuan teknologi informasi, rakyat dan umat Islam mudah menilai kebijakan penguasa tsb, pro atau kontra. Satu persatu bisa dinilai.
20. Perasaan banyak umat Islam kini adalah merasa dipojokkan oleh penguasa, dianaktirikan bahkan difitnah. Perasaan ini makin meluas.
21. Keberpihakan penguasa waktu Pilkada DKI kemarin bukan rahasia, dan perlindungan yg demikian hebat pd penista agama, menjadi catatan penting.
22. Belum lagi kriminalisasi ulama, penangkapan ulama, red notice, tuduhan makar, jadi rangkaian puzzle yg menyimpulkan ada upaya sudutkan Islam.
23. Begitu juga upaya dikotomi Pancasila vs Islam. Seolah umat Islam tak Pancasilais. "Saya Pancasila Saya Indonesia!" Ini statemen tuna sejarah.
24. Sejak awal harusnya ada dialog dan komunikasi. Harusnya sejak Nop-Des 2016, tapi baru terjadi beberapa hari lalu (GNPF-Jokowi di Istana -red). Ya lumayanlah walau terlambat.
25. Kalau saja penguasa berlaku adil tentu semua kesalahpahaman ini tak ada. Berbulan2 kita dihadapkan pada "konflik" yg tak produktif.
26. Harus ada reorientasi pemahaman elit penguasa terhadap perubahan masyarakat. Bukan sekedar statemen pisahkan agama dan politik.
27. Di sisi lain, karena salah diagnosa dan salah treatment penguasa, muncul "kesadaran" baru kekuatan social movement seperti 411 dan 212.
28. Untunglah meski dg kekuatan besar 411 dan 212, semua tetap relatif aman. Ini tunjukkan umat Islam sudah makin dewasa. Saatnya penguasa dewasa.
29. Ke depan janganlah buat kebijakan Islamophobia lagi. Termasuk oleh aparat penegak hukum. Justru reaksinya bisa tumbuhkan radikalisme.
30. Di sinilah perlunya pemimpin yg paham terhadap rakyat, umat dan semua elemen masyarakat. Paham ideologi, pergerakan, pandangan dll.
31. Di tangan pemimpin lemah dan ga ngerti sejarah, kebhinekaan jadi ancaman. Di tangan pemimpin kuat visioner, kebhinekaan jadi force yang dahsyat.
___
*Fadli Zon: Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Wakil Ketua DPR RI. Mendapatkan Gelar Doktor di Program Studi Sejarah FIB UI. Fadli Zon juga aktif menjadi pengajar di almamaternya, FIB UI.
**Foto: Fadli Zon bersama Imam Besar Habib Rizieq Shihab
**Foto: Fadli Zon bersama Imam Besar Habib Rizieq Shihab