Oleh: Ust. Nandang Burhanudin
(1) Emir Qatar terlihat memiliki kualitas kepemimpinan yang matang. Krisis Teluk, ia sikapi dengan tenang.
(2) Menolak berkomentar. Lebih memilih mediasi Kuwait dan Turki. Tapi tetap waspada, soal hidden agenda di balik embargo Saudi, UAE, Bahrain.
(3) Semua alasan pelaku Embargo, sangat mengada-ada. Soal Iran misalnya, transaksi bisnis UAE dengan Iran jauh lebih besar.
(4) Soal Iran. Qatar lebih banyak mendukung Saudi dibanding UAE. Di perang Saudi lawan Houtsi dan Assad, Qatar memihak Saudi. UAE sebaliknya.
(5) Soal kudeta AsSisi terhadap Mursi, tahun 2014, Qatar menuruti permintaan Saudi untuk menghentikan siaran AlJazirah Live dari Mesir.
(6) Qatar pun ikut serta memulangkan para qiyadah IM yang mukim di Qatar, selain ulama besar Syaikh AlQaradhawi yang sudah jadi warga kehormatan Qatar.
(7) Qatar pun tak bermasalah dengan AS. Hanya, Qatar paling berani mempermasalahkan terorisme Israel dan AsSisi. Menuntut AS proporsional.
(8) Apakah hanya masalah Palestina? Bisa jadi. Qatar satu-satunya negara yang menolak jaringan intelejen Mossad atau Shin Bet beroperasi.
(9) Lain halnya dengan UAE, belasan aktivis HAMAS dibunuh Mossad bekerjasama dengan intel UAE di mall Dubai buktinya.
(10) Tapi ada hal lain. Kesepakatan rahasia antara Saudi, UAE dan Israel. Hal yang jarang terungkap di permukaan. Kesepakatan yang membuat Israel lega.
(11) Menyakitkan memang, Israel lebih memilih menutupi kesepakatan dengan “negara Arab” yang disebutnya “bersahabat memerangi terorisme.”
(13) Tak tanggung, Saudi mengutus jenderal bintang 1 ke Israel. Juga “orang penting” lainnya secara intensif berbagi data intelejen. Israel menyebutnya, data yang diberikan “penting” demi keberlangsungan dinasti Saudi.
(14) Hidden agenda yang tidak lagi hidden: isolasi Qatar. Jangankan aturan Islam, aturan manusia saja banyak dilanggar. Lalu untuk kepentingan siapa mengembargo Qatar?
(15) Qatar dihadapkan 3 pilihan: 1. Tunduk pada desakan Saudi-UAE-Bahrain yang tiada lain permintaan Israel. Semisal: menutup AlJazeera dan HAMAS.
(16) 2. Menolak mentah-mentah, berakibat pada isolasi. Kini Jordania, Maroko, Mauritania ikut-ikutan memutus hubungan diplomatik. Qatar bisa jadi kuat, tapi terisolir.
(17) 3. Mengintensifkan lobi politik Turki, Pakistan, Kuwait yang bisa memahamkan Saudi, UAE, Bahrain plus menekan Israel agar tidak memancing di air keruh.
(18) Qatar tidak memedulikan Mesir yang dianggap “rezim teror”. Qatar hanya heran dengan sikap negeri-negeri Teluk yang kini mengisolasinya.
(19) Targetnya jelas: agenda Israel tahun 2006 yang sempat ditolak Mubarak -yang karenanya dilengserkan- dan Raja Abdullah, kini direalisasikan AsSisi dan Raja Salman.
(20) Jika AsSisi, Raja Jordania, Raja UAE pelakunya kita tak terlalu heran. Tapi dilakukan Raja Salman, yang sempat jadi harapan umat atas koalisi cantiknya dengan Turki dan Qatar, adalah hal menyakitkan.
(21) Tapi itulah fakta yang harus kita telan. Israel menghabisi para ulama Sunni kharismatik yang tersisa, hanya dengan modal janji: menjaga rahasia para raja dan pangeran Saudi dan Teluk. Jika dibuka, singasana terguncang.
(22) Menyelamatkan singasana kerajaan, jauh lebih penting daripada masalah Palestina dan memilih melawan umat Islam yang bercita mengembalikan ‘izzah umat melawan Yahudi.
(23) Serial menghancurkan Islam melalui proxy war akan terus berlanjut. Baghdad, Damaskus, Aleppo, Kairo sudah hancur. Tersisa Istambul, Mekkah dan Madinah. Hanya tinggal waktu..
Sumber: http://nandang.me/2017/06/embargo-qatar-dan-serial-menghancurkan-islam/