[PORTAL-ISLAM.ID] War on Terror hendaknya tidak punya cita rasa "War against Islam".
WorldPublicOpinion.org melakukan polling di tahun 2007. Pertanyaannya: "Do you believe the United States seeks to “weaken and divide" the Islamic world?"
Negara mayoritas muslim (+70 persen) seperti Mesir, Pakistan, Maroko dan Indonesia menyatakan: "YA".
Jonathan Schanzer berpendapat, misunderstanding terhadap The West mentriger "alarmed dislike" di kalangan muslim. Terutama sejak kebangkitan militer Eropa (Barat) di abad 17.
Ketakutan Barat (USA) terhadap Islam berakar di sejarah. Perang Salib, dua kali upaya penaklukan Vienna oleh Ottoman Empire, Fatwa Osama bin Laden (1998) yang menyatakam "membunuh orang Amerika dan sekutunya merupakan tugas setiap muslim" dan lain sebagainya menjadi variabel alasan bagi segelintir ekstrimis pro barat memusuhi Islam.
Bagi muslim, crusader dan kolonialisme Eropa (Gold, Glory, Gospel) merupakan bukti itikad jahat menghancurkan peradaban Islam.
Sayyid Qutb yakin bahwa Barat punya skema menggoyang 'Islamic fundamental teachings' dan kolonialisasi Eropa atas tanah-tanah muslim dilandasi spirit krusader.
Menurut Salman Rushdie, klaim adanya "war on Islam" merupakan sikap "paranoid".
George W. Bush (pasca 9/11) dan Barack Obama (pasca San Bernardino attack) menyatakan bahwa Amerika tidak memerangi Islam. Bush 43 bilang USA sedang berperang "against evil" dan "people who have perverted Islam" (Obama).
Kita sulit membedakan gestur dan verbal. Di satu sisi, Trump bersikap antagonis terhadap muslim. Sedangkan The Washington Blade (a gay newspaper) menyatakan "To All Muslims: Trump Does Not Speak For Us."
Sebagai negara muslim terbesar, Indonesia pun mesti berhati-hati. Jangan sampe mulut berkata "nggak anti Islam" tapi perilaku terasa memusuhi Islam. Stop kriminalisasi terhadap ulama.
Oleh: Zeng Wei Jian