Bulan Ramadhan tidak membuat Ade Armando berhenti untuk memecah belah Umat Islam. Lewat statusnya di fb, dosen UI yang pernah jadi tersangka kasus ujarannya tentang Tuhan ini mengatakan NU muslim sejati karena membela orang-orang yang diintimidasi kaum radikal, tidak seperti Muhammadiyah. Seperti kasus dr Fiera, Afi, dll.
Seperti diketahui kasus dr Fiera dan kasus yang lain bermula dari status ybs menghina Ulama, yang akhirnya ybs minta maaf, Tapi kasus yang sudah selesai ini terus diblowup dipanas-panasi.
Aktivis Muhammadiyah yang mengelola website Sang Pencerah, secara telak menanggapi Ade. Bagi aktivis Muhammadiyah membela mereka yang menghina agama dan ulama adalah bentuk "toleransi semu". Muhammadiyah lebih memilih "Toleransi Otentik" yang nyata. Dan itu sudah dibuktikan Muhammadiyah.
Berikut selengkapnya tanggapan aktivis Muhammadiyah kepada Ade Armando yang diberi judul "Toleransi keberagaman Otentik memang tak mudah di Duplikasi".
Toleransi Keberagaman Otentik Memang tak Mudah di Duplikasi
Dosen UI Ade armando menuduh Muhammadiyah terkesan menjauh dari semangat keislaman yang menghargai keberagaman.
Mengapa harus membela mereka yang secara personal menghina agama dan ulama itu adalah sebuah toleransi semu kalaupun ada persoalan menyangkut hukum selesaikan di ranah hukum.
Muhammadiyah berpijak kepada toleransi otentik terhadap keberagaman.
Ketika ratusan petani karawang diusir dari kampungnya dan mereka ke Jakarta menuntut haknya muhammadiyah menampung dan memberi makan mereka selama sebulan kemudian mengadvokasi petani hingga mereka mendapatkan haknya.
Ketika gempa bumi terjadi di Nepal yg mayoritas non muslim Muhammadiyah satu satunya ormas di Indonesia yang mengirim tenaga medis dan bantuan kemanusian senilai 1 Miliar.
Lihatlah Universitas Muhammadiyah Kupang, Sorong, Manokwari dan sekolah sekolah Muhammadiyah di wilayah non muslim itu semua lebih 75 persen siswa / mahasiswanya non muslim
Dan mereka berterimakasih berkat Muhammadiyah mereka bisa mengenyam pendidikan dimana negara belum mampu memberikan akses dan fasilitas pendidikan bagi mereka.
Oh iya "toleransi otentik" macam Muhammadiyah ini memang sulit di duplikasi karena membutuhkan SDM dan biaya besar untuk bantuan kemanusiaan atau mendirikan sekolah serta Perguruan Tinggi apalagi di wilayah Indonesia Timur namun Muhammadiyah mampu melakukannya.
Toleransi Otentik itu tak semudah mengetik di media sosial bermodal wifi gratis untuk berteriak Toleransi semu macam Ade armando.
Noted : yang paling utama jangan sampaai cuitan ade armando ini mengadu domba kita sesama ummat Islam.
#ceoSP
(Sumber: fb)