[PORTAL-ISLAM] Belum lama sejak bergulirnya penolakan oleh negara-negara Eropa terhadap hasil referendum konstitusi Turki yang digelar 16 April 2017, Ketika itu Eropa meragukan referendum konstitusi Turki berjalan dengan jujur dan adil. Namun akhir-akhir ini sikap Eropa mulai berubah, bahkan perubahan tersebut terlihat 180 derajat, UE menyeru untuk menghormati pilihan rakyat Turki.
Referendum konstitusi Turki akhirnya dimenangkan oleh rakyat pro "YES" dengan jumlah suara 25.157.463 atau 51.41%, sedangkan yang memilih "NO" berjumlah 23.779.141 suara atau 48.59%.
Perubahan UE terlihat dari pernyataan Perwakilan Tinggi Uni Eropa Urusan Luar Ngeri, Federica Mogherini di Brussels. Mogherini mengatakan, kami menghormati dan mengakui hasil referendum Turki. Dalam salah satu konferensi pers Mogherini juga menyampaikan bahwa Uni Eropa mengakui hak rakyat Turki dalam memilih konstitusi.
Sebelum pernyataan Mogherini keluar, menteri Luar Negeri Jerman, Sigmar Gabriel juga sudah mengingatkan UE akan bahaya penghentian perundingan bergabungnya Turki dengan UE. Dalam satu kesempatan Sigmar mengatakan bahwa Jerman menentang keras penghentian perundingan tersebut.
Menurut beberapa pengamat Turki, hubungan Turki-Uni Eropa mulai mereda demi kemashlahatan kedua belah pihak. Selanjutnya, UE tidak bisa terus memainkan issue referendum untuk menjegal Erdogan karena dunia tahu bahwa referendum konstitusi Turki berjalan dengan sangat demokratis. Saat ini tidak ada pilihan bagi Uni Eropa selain mengakui konstitusi baru Turki di bawah kepemimpinan Erdogan.
Uni Eropa memainkan issue referendum karena selisih angka "Yes" dan "No" sangat tipis, padahal ketika referendum Brexit selisih angka yang pro dan kontra juga sangat tipis, begitu juga pilpres Amerika Serikat yang akhirnya memenangkan Donald Trump.
Kekuatan politik, ekonomi dan militer Turki dibawah pimpinan Erdogan membuat Eropa akhirnya harus menerima Turki daripada menjadi musuhnya.
Sumber: Arabi21