KIAI SAID, SUDAHLAH!
Akhirnya KH. Said Aqil Siroj meminta maaf atas kesalahannya yang telah menyebut Masjid Salman sebagai salah satu masjid kampus pusat radikalisme. Baguslah, orang bersalah memang sudah sepatutnya meminta maaf. Kredit untuk Kiai Said pada kasus ini.
Tapi sebenarnya kesalahan ucap dan main tuduh serampangan seperti ini, bukan hanya sekali dilakukan Kiai Said. Sungguh sangat disayangkan, seorang ketua umum organisasi Islam terbesar di Indonesia, bisa sedemikian mudahnya berucap tanpa dilandasi oleh kebenaran yang sebelumnya telah diyakini.
Terlebih NU yang dipimpin oleh Kiai Said, bukan sekedar organisasi Islam biasa. Tapi NU adalah himpunan ulama negeri ini. Ada banyak kiai sepuh pimpinan bermacam pondok pesantren berafiliasi kepada NU. Maka, kehadiran Kiai Said yang beberapa kali melakukan blunder dalam menyikapi berbagai isyu, adalah musibah bagi NU.
Sikap dan sepak terjang Kiai Said yang demikian, telah memantik kegelisahan sebagian warga nahdhiyyin dan terlebih lagi para kiai. Kegelisahan tersebut sudah banyak diketahui dan telah mulai memunculkan pernyataan, bahwa Kiai Said tidak layak memimpin NU.
Tapi, apapun itu, dengan segala dinamikanya, termasuk proses terpilihnya Kiai Said pada Muktamar Jombang yang disinyalir mengandung banyak kontroversi, yang pasti Kiai Said telah terpilih. Beliau saat ini adalah ketua umum definitif. Sebaiknya Kiai Said tetap diberikan kesempatan memimpin NU hingga purna masa tugasnya pada periode ini.
Namun memberikan kesempatan kepada Kiai Said untuk menyelesaikan kepemimpinannya di periode ini, bukan berarti membiarkan beliau untuk terus menerus berbuat salah. Kiai Said harus terus dikoreksi. Koreksi dari luar dan terlebih lagi koreksi dari dalam. Kita mengoreksi Kiai Said karena kita ngeman beliau. Terlebih kita sangat cinta pada NU.
Koreksi dari dalam telah banyak dilakukan. Mulai koreksi dari kiai sepuh seperti Kiai Basori Alwi, koreksi dari habaib seperti Habib Taufiq Asseggaf sampai koreksi dari para muda penggerak NU seperti Ustadz Idrus Romli dll. Koreksi dari luar pun tak kalah banyaknya, mulai kelas fesbukan seperti yang saya lakukan, sampai yang melakukan tabayyun langsung seperti yang dilakukan pengurus Masjid Salman Bandung.
Akankah Kiai Said berubah menjadi lebih baik? Sesungguhnya Allah sajalah Penggenggam setiap hati. Allah membolak-balikkan hati sekehendakNya. Maka, setelah segala nasehat, teguran dan kritikan disampaikan, saatnya kita langitkan doa, semoga Allah berkenan membimbing Kiai Said untuk hanya meniti kebenaran sebagaimana yang telah diasaskan para kiai pendiri NU.
Lawang, 29 Sya'ban 1438 H
Abrar Rifai
(Pompes Babul Khairat Lawang Malang)