“Kudeta presiden Jokowi? Saya agak tersinggung dengan kata-kata seperti itu. Karena saya sebagai ummat Islam juga.”
Demikian jawaban Panglima TNI atas pertanyaan Rosiana Silalahi di Kompas TV yang videonya viral di sosial media karena bertepatan dengan #AksiSimpatik55 yang digalang oleh elemen-elemen ummat Islam di depan kantor Mahkamah Agung, Jum’at (5/5) kemarin.
Pertanyaan yang sengaja dibuat oleh tim Kompas TV untuk menggiring opini bahwa Aksi-aksi Bela Islam selama ini ditunggangi kepentingan untuk menggulingkan pemerintahan jokowi. Namun sepertinya Kompas TV "salah" mengundang orang. Kamu JAHAT Rossi…!!!
Jawaban Panglima TNI tersebut juga menjadi semacam oase ditengah serbuan opini makar yang terus dituduhkan kepada ummat Islam. Apalagi beberapa hari sebelumnya beredar video diskusi jenderal ‘yang satu lagi’ dengan kalangan ‘sebelah’, dimana pada diskusi tsb si jenderal itu terus menerus memposisikan ummat Islam, yang tengah berjuang menegakkan keadilan, sebagai ancaman bagi negara. Si jenderal juga meminta kalangan yang disebutnya sebagai ‘silent majority’ itu untuk bersuara. Dan selanjutnya biar dia dan korps-nya yang “menyelesaikan”. Hati-hati provokasi.
Kembali ke jawaban Panglima TNI diatas. Buat saya ini jelas menunjukan posisi dan keberpihakan beliau sebagai seorang muslim. Dengan penuh harga diri dan kehormatan beliau tempatkan identitas keislamannya dengan penuh kebanggaan. Saya jadi teringat sebuah kalimat sederhana, namun penuh makna: "Be a moslem first, before anything else…".
Dengan penuh antusias Pangliman TNI ceritakan bagaimana kiprah dan perjuangan ummat Islam yang dipimpin oleh para ulama, jauh sebelum negara ini lahir. Jauh sebelum TNI lahir. Pernyataan yang benar-benar mewakili suara ummat Islam. Apalagi acara dialog tsb dilakukan secara LIVE, sehingga tidak ada kesempatan bagi kru Kompas TV untuk mengeditnya. Meski sekali lagi… Rossi berkali-kali mencoba untuk memotong ucapan beliau, namum sang Panglima terus saja menyampaikan pokok-pokok pikirannya tsb. Bravo Panglima !!!
Awalnya saya termasuk yang skeptis dan kurang yakin ketika beberapa waktu yang lalu warga ‘netizen’ ramai-ramai mengidolakan beliau sebagai sosok yang memiliki keberpihakan kepada ummat Islam. Sebab bagi saya, siapapun yang berada di lingkaran kekuasaan rezim saat ini, maka mereka adalah orang-orang yang ‘tidak ramah’ terhadap ummat Islam. Namun setelah saya membaca ulang pernyataan-pernyataan beliau dan menyaksikan sendiri video tsb, saya harus merubah pandangan terhadap beliau. Bukankah kita harus berlaku adil? Lagi pula kita juga harus berpegang pada prinsip “Nahnu nahkumu bi al-dhawahir” (kita menilai berdasar apa yang tampak). Sedang yang tersembunyi… Wallahu A'lam Bishawab.
Terima kasih Jenderal Gatot Nurmantyo.
Jika karena pernyataan anda tersebut menyebabkan tidak adanya karangan bunga yang singgah ke kantor anda, maka yakinlah bahwa untaian doa dari kaum muslimin untuk anda menghiasi Arasy-Nya.
Semoga Allah SWT senantiasa menjaga dan memberi petunjuk kepada anda dalam menjaga NKRI dari makar musuh yang sebenarnya. Masih terngiang jelas di telinga ketika anda mengatakan bahwa ummat Islam Indonesia adalah benteng terakhir NKRI.
Izinkan saya menyisipkan nama 'Jenderal Sudirman’ di tengah nama anda. Semoga kelak nama anda tertulis dalam lembaran sejarah panglima-panglima Islam sepanjang masa. Jenderal Gatot ‘Sudirman’ Nurmantyo. Panglima para ksatria.
Depok, 06-05-2017
(ERWIN)