[PORTAL-ISLAM] Ada 6 (enam) hal fantastis yang terjadi pada pemilihan gubernur DKI Jakarta 2017 putaran kedua yang telah digelar pada 19 April 2017.
Berikut adalah pemaparan data baik dari Pilgub sebelumnya dan hasil final final rekapitulasi C1 berdasarkan situs KPU RI.
1. Kenaikan Partisipasi Pemegang Hak Pilih Pada Putaran Kedua
Partisipasi Putaran Pertama:
Partisipasi Putaran Kedua:
Pada putaran pertama, partisipasi pemilih berkisar di 77.1 %, sementara di putaran kedua angka partisipasi naik ke 78 %, atau mengalami peningkatan sebesar 0.9 % dari 5.563.207 pemilih menjadi 5.661.895 pemilih. Hal ini menunjukkan bahwa meski pasangan calon urutan 1 (Agus Yudhoyono-Sylviana Murni) tereliminasi hingga menimbulkan perkiraan beberapa pengamat mengenai kemungkinan penurunan partisipasi dan diiringi oleh kerasnya perdebatan serta berbagai isu antara putaran pertama hingga kedua, antusiasme pemilih DKI justru meningkat.
2. Menurunnya Perolehan Suara Pasangan Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat
Meskipun terjadi peningkatan partisipasi pemilih, perolehan pasangan nomor urut dua petahana Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat justru mengalami penurunan. Berdasarkan hasil rekapitulasi total C1, pada putaran kedua pasangan petahana memperoleh 2.351.438 suara atau 42,05%, menurun dibanding pada putaran pertama yang mencapai 2.364.577 atau 42,99%. Hal ini terbilang fantastis, mengingat ramainya pemberitaan mengenai adanya pendukung dan relawan Agus Yudhoyono-Sylviana Murni yang mengalihkan dukungan pada pasangan petahana di putaran kedua, juga bergabungnya PPP dan PKB di kubu Ahok serta kenyataan pada pemilihan gubernur DKI sebelumnya pada 2012 dimana pasangan petahana Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli tetap mengalami peningkatan perolehan suara meskipun kalah dari pasangan penantang Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama.
3. Anies-Sandi Menang di Seluruh Dati II Jakarta
Kemenangan pasangan Anies Baswedan – Sandiaga Uno di seluruh wilayah Dati II DKI Jakarta
hasil rekapitulasi total C1 KPU DKI menunjukkan bahwa pasangan Anies – Sandi menang di seluruh wilayah daerah tingkat II DKI Jakarta, dengan perolehan 52.8% di wilayah Jakarta Barat, 57.7% di Jakarta Pusat, 62.1% di Jakarta Selatan, 61.8% di Jakarta Timur, 52.7% di Jakarta Utara, serta 62% di Kepulauan Seribu.
Kemenangan merata pasangan Anies – Sandi ini berbeda dengan data hasil pilgub putaran pertama, dimana pasangan petahana Basuki – Djarot unggul di Jakarta Barat dengan perolehan 48.6%, di Jakarta Pusat dengan perolehan 43%, di Jakarta Utara dengan 48.4%, serta di wilayah Kepulauan Seribu dengan perolehan 38.8%. Di putaran pertama, pasangan Anies – Sandi sendiri baru menang di 2 wilayah, yaitu Jakarta Selatan dengan perolehan 46.5% dan Jakarta Timur dengan 41.7 %.
Meski perbedaan ini dapat dianggap normal di wilayah-wilayah battleground atau pertempuran seperti Jakarta Pusat maupun Jakarta Timur, keberhasilan Anies – Sandi merebut wilayah basis pendukung Basuki – Djarot seperti Jakarta Barat dan Jakarta Utara sangat fantastis karena dekatnya angka keunggulan pasangan petahana dengan 50% dari jumlah suara serta anggapan umum bahwa suara dari pendukung pasangan yang tereliminasi akan bertendensi mendukung pasangan unggulan di wilayah basis masing-masing.
4. Soliditas Basis dan Koalisi Pendukung Pasangan Anies Baswedan – Sandiaga Uno
Berdasarkan rekapitulasi total C1 pada Putaran Pertama, wilayah basis pasangan Anies – Sandi yaitu Jakarta Selatan, dari 10 kecamatan yang ada memiliki 2 kecamatan dimana pasangan petahana Basuki – Djarot unggul, yaitu Kebayoran Baru dengan perolehan 46.2% suara serta Cilandak dengan perolehan 45.4% suara. Ini berbeda dengan pasangan petahana, dimana dari 8 kecamatan di Jakarta Barat hanya kecamatan Palmerah yang memenangkan Anies-Sandi dengan perolehan 47.54% suara.
Sumber : Wikipedia – Pilgub DKI 2017
Namun hal sebaliknya terjadi pada Putaran Kedua. Pasangan Anies – Sandi menyapu bersih keunggulan perolehan suara di seluruh kecamatan yang ada di Jakarta Selatan, dengan total 62.1 % yang merupakan margin keunggulan tertinggi bagi pasangan ini dari keenam wilayah tingkat II DKI Jakarta. Di Jakarta Selatan, keunggulan tertinggi pasangan ini terdapat di kecamatan Pancoran dengan perolehan suara 69.1% dan terendah di Kebayoran Baru dengan perolehan 54.4% suara.
Sementara bagi pasangan Basuki – Djarot, tidak hanya kehilangan 4 kecamatan di Jakarta Barat kepada Anies – Sandi hingga hanya unggul di 3 kecamatan yaitu Grogol Petamburan, Taman Sari dan Tambora, secara keseluruhan pasangan petahana ini harus rela kehilangan basisnya kepada pasangan penantang, dimana petahana mengalami penurunan suara sebesar 1.4% dari 48.6 % menuju 47.17 %.
5. Margin Kemenangan Penantang dan Tumbangnya Akurasi Seluruh Lembaga Survei Besar
Sumber : Katadata Indonesia – Databoks
Meleset atau berkurangnya akurasi lembaga-lembaga survey besar atau established sepertinya telah menjadi trend. Bila peristiwa besar seperti Brexit di Inggris atau nama tenar seperti Donald Trump di Amerika Serikat menjadi salah satu dari daftar beberapa peristiwa politik yang mendobrak persepsi keakuratan survey dan lembaganya, maka pantaslah nama Anies Baswedan dan Sandiaga Uno masuk ke dalam daftar peristiwa tersebut.
Pasalnya, dari 7 lembaga survey yang established atau memiliki nama besar di Indonesia yang melakukan survey dalam rentang 0-2 minggu seperti tergambar di atas, tidak ada survey yang dalam margin of error-nya akurat menunjukkan angka kemenangan Anies – Sandi yang mendekati 58%. Sama halnya dengan margin kemenangan Anies – Sandi yang mendekati 18% . Hanya lembaga LSI Denny JA, Sinergi Data Indonesia serta Polmark yang akurat dalam memprediksi angka perolehan Basuki – Djarot. Bahkan, lembaga survey Charta Politika malah merilis prediksi yang mengunggulkan pasangan petahana atas pasangan penantang.
6. Peroleh Suara Terbesar Dalam Sejarah Pilkada DKI Jakarta
Hasil akhir yang dirilis oleh KPU DKI Jakarta melalui situs KPU RI memang merupakan rekapitulasi akhir C1 sementara. Namun bila hasil ini tidak berubah jauh, maka pasangan penantang nomor urut 3 Anies Baswesan – Sandiaga Uno beserta tim dan koalisi pendukungnya pantas menyandang rekor MURI atas pencapaian yang fantastis.
Pencapaian apa? pencapaian angka dukungan rakyat sebesar 57.95 % atau 3.240.379 pemilih warga DKI yang menitipkan harapan atau amanahnya kepada Anies dan Sandi. Kemenangan ini jauh lebih besar dibanding kemenangan yang diraih oleh pasangan Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama pada pilgub DKI 2012 sebesar 53.82 % atau 2.472.130 suara serta angka 57.87 % atau 2.109.511 suara yang diraih oleh pasangan Fauzi Bowo – Prijanto pada pilgub DKI tahun 2007.
PILKADA DKI 2007:
PILKADA DKI 2012:
PILKADA DKI 2017:
Pencapaian ini bukan main-main. Karena yang dilawan adalah petahana yang memiliki persepsi kinerja baik dengan segala kekuasaannya sebagai gubernur, serta PDIP yang menjadi partai penguasa baik di DKI maupun nasional yang didukung oleh Golkar, Hanura dan Nasdem dengan seluruh kekuatan organisasi dan media besar yang berafiliasi dekat dengannya.
Bukan saja pasangan penantang menjadi pemenang dengan margin kemenangan yang terbesar sejak dimulainya pilkada langsung di DKI Jakarta, tapi dengan dukungan 3.240.379 warga DKI, Anies Rasyid Baswedan beserta wakilnya Sandiaga Salahudin Uno merupakan pengemban mandat kepemimpinan langsung yang terbesar dalam sejarah Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
Selamat, wahai Anies – Sandi. Berbahagialah, wahai para pendukungnya. Dan bergembiralah, wahai segala koalisi tim suksesnya. Anda semua telah sukses mencetak rekor. Anda semua telah mencetak sejarah.
Bersiagalah dalam menjalankan mandat ini. Jutaan pasang mata mengikuti segala gerak-gerik anda. Bekerjalah dengan baik. Dan rangkul-lah seluruh golongan, agar anda dapat mematahkan preseden tumbangnya para petahana DKI dalam mencari mandat periode kedua masa jabatan.
(Mohamad Radytio N)