[PORTAL-ISLAM] Perwakilan masyarakat Bekasi mendatangi Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, guna menyampaikan permasalahan terkait Gereja Santa Clara (GSC).
Pihak MUI meminta keterangan dan klarifikasi dari para tokoh masyarakat yang ikut dalam kegiatan aksi menentang pendirian Gereja Santa Clara.
Wasekjen MUI Pusat, Dr Najamudin Ramli, hadir menyambut kedatangan para tokoh masyarakat Bekasi. Sedangkan dari pihak masyarakat Bekasi dan para ulama sekitar 20 orang yang hadir, menyampaikan keterangan dan aspirasinya terkait permasalahan Gereja Santa Clara.
Dari beberapa keterangan yang disampaikan terungkap beberapa fakta penting, yang membuka tabir tentang proses pembangunan Gereja Santa Clara yang sarat dengan pelanggaran izin pendirian. Tokoh masyarakat Bekasi mengungkapkan, selama ini Gereja Santa Clara telah menempuh berbagai cara ilegal, tidak prosedural dan membuat kerukunan umat beragama di Bekasi menjadi tidak harmonis.
Hal ini terungkap dari pernyataan Ustad Ismail Ibrahim, tokoh ulama di Bekasi Utara. Menurut catatan dan data yang dimilikinya. Kecurangan tersebut, salah satunya di lokasi pendirian Gereja Santa Clara.
“Bagaimana tidak, lokasi bangunan gereja itu ada di RW 06 tapi mereka mencoba mendapatkan tanda tangan masyarakat yang ada di RW 11, yang bukan berada di lokasi sekitar gereja itu berdiri. Ini kan namanya sebuah pelanggaran prosedural izin pendirian ibadah yang jelas sudah diatur dalam PBM (Peraturan Bersama Mentri). Dimana disebutkan dalam peraturan tersebut bahwa rumah ibadah yang akan didirikan harus mendapat persertujuan dan izin dari masyarakat sekitar lokasi pembangunan sebanyak 60 orang,” kata Ustadz Ismail Ibrahim, Sabtu (25/3/2017).
Kemudian, pada bulan November 2016 melalui perundingan dan kesepakatan bersama seluruh kompenen masyarakat Bekasi dicapai kesepakatan bersama yakni pihak Santa Clara diminta menghentikan proses pembangunan gerejanya dan dibuat status quo. Status quo ini ditandai dengan keluarnya surat keputusan dari Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Bekasi, Drs.Ahmad Zarkasih.
“Namun status quo yang diputuskan itu tidak dipatuhi oleh pihak GSC. Mereka mencabut plang status quo tersebut yang dipasang di depan pintu masuk GSC. Mereka pun tetap melakukan proses pembangunannya,” tutur Ustadz Ismail.
Mendengar berbagai keterangan itu, pihak MUI Pusat terkejut. Ternyata banyak kecurangan di balik proses pendirian Gereja Santa Clara. MUI Pusat berjanji akan meneruskan laporan tersebut ke berbagai pihak yang berwenang.
Seperti diberitakan sebelumnya, massa yang menamakan diri Majelis Silaturrahim Umat Islam Bekasi (MSUIB) menggelar demonstrasi menentang pembangunan Gereja Santa Clara. Aksi yang berlangsung di depan gedung gereja Santa Clara di Jalan Lingkar Bekasi Utara, Kelurahan Harapan Baru, Bekasi Utara, digelar usai salat Jumat (24/3/2017) ini berakhir ricuh. Beberapa demonstran mengalami luka akibat perlakuan represif aparat.
Umat Islam Kota Bekasi tak gentar dan tetap bertahan untuk melakukan Aksi Tolak Pembangunan Gereja Santa Clara meski ditembaki gas air mata. pic.twitter.com/35HThUI69z— Radio Dakta (@RadioDakta) 24 Maret 2017
Demonstrasi yang dilakukan massa dari Majelis Silaturahmi Umat Islam Bekasi ini sudah kesekian kalinya.
Perwakilan dari demonstran, Imran Nasution, mengatakan aksi demonstrasi dilakukan karena pembangunan Gereja Santa Clara tidak beres perihal proses perizinannya. “Seperti pemalsuan tanda tangan persetujuan dari warga,” kata Imran, Jumat, 24 Maret 2017.
Sumber: PANJIMAS