[PORTAL-ISLAM] Ketidakmampuan Ahok mengontrol emosi dan ucapannya, bukanlah barang baru bagi warga DKI Jakarta. Setidaknya, bukti-bukti mengenai hal tersebut dengan mudah bisa kita jumpai di berbagai media sosial.
Yang paling mutakhir, adalah ketika Ahok menuding Anies-Sandi, rivalnya di kontestasi PilGub DKI Jakarta terlambat datang ke rapat pleno, sekaligus menilai KPU DKI Jakarta tak profesional lantaran dinilai sengaja tak segera memulai rapat pleno.
Bukti yang kemudian berbicara. Ternyata Ahok, Djarot dan tim sukses mereka lah yang tidak masuk ke ruangan yang benar. Pasangan Anies-Sandi datang on time ke lokasi rapat yang terletak di Flores Ballroom Hotel Borobudur dengan penuh senyum dan keramahan, bercengkrama dengan para jurnalis.
Sementara, Ahok, Djarot dan tim sukses mereka sibuk di Sumba Room, ruangan yang mereka sewa sendiri, bukan di ruang yang disediakan KPU DKI Jakarta.
Menanggapi kemarahan Ahok, seorang netizen yang terkenal kritis, Ardi Wirda Mulia, menuturkan bahwa Ahok terlihat mengalami tekanan psikologis. Hal itu nampak dari ucapan Ahok yang tak dapat dikontrol lagi.
Ardi, pemilik akun @awemany menambahkan, bahwa kabar kalahnya elektabilitas Ahok-Djarot dari pasangan Anies-Sandi juga bisa menjadi pemicu hilangnya kontrol Ahok atas perilakunya.
Ungkapan Ardi bisa jadi benar. Bukti nyata berupa rilis hasil survei terbaru oleh Lembaga Media Survei Indonesia (Median) untuk Pilkada DKI Jakarta putaran kedua menunjukan, pasangan calon Anies Baswedan-Sandiaga Uno mengungguli pasangan petahana Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful.Keliatan banget Ahok lagi stress. Mulutnya semakin ngga bisa dijaga. Baru dapet laporan ya elektabilitasnya udah kalah 10%? Kasihan.— Pelan-pelan, Ardi! (@awemany) March 5, 2017
Direktur Eksekutif Median Rico Marbun memaparkan, elektabilitas Anies-Sandi sudah mencapai 46,3 persen, sedangkan Ahok-Djarot 39,7 persen. Sementara itu jumlah responden yang belum menentukan pilihan sebesar 14 persen.
Survei dilakukan terhadap 800 responden pada 21-27 Februari 2017 dengan menggunakan metode multistage random sampling dan proporsional atas populasi kota dan gender. Margin of error survei sebesar 3,4 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.
“Saat ini memang posisinya Anies-Sandi unggul sementara dengan 6 persen, tapi ada dua hal yang harus kita ingat. Jumlah undecided masih 14 persen, artinya orang yang pada putaran pertama kemarin memilih Agus-Sylvi tidak serta merta kemudian memilih Anies-Sandi,” terangnya di Jakarta, hari ini Senin, 6 Maret 2017.
Ia mengatakan, kompetisi masih panjang, jadi masih membuka peluang untuk siapapun memenangkan kompetisi. Hal itu berkaca dari survei naik turun suara itu sangat dinamis.
Menurut Rico, dari data survei menunjukkan ada kenaikan suara dari pasangan Anies-Sandi dan sedikit penurunan dari pasangan Ahok-Djarot. Salah satu alasannya karena 1/3 pemilih Agus-Sylvi di putaran pertama memilih Anies-Sandi pada putaran kedua.
“Dari 100 persen pemilih Agus-Sylvy di putaran pertama, ada 10 persen yang memilih Ahok-Djarot di putaran kedua, 35 persen memilih Anies-Sandi dan 55 undecided,” tuturnya.
Ia memaparkan, naiknya suara untuk Anies-Sandi juga dipengaruhi oleh menguatnya sentimen agama. Akibatnya ada gelombang semangat untuk memilih asal bukan Ahok yang mulai muncul.
“Yang kita lihat ternyata pemilih Anies-Sandi kental sekali dengan politik identitas atau politik agama 27 persen. Yang baru kita temukan alasannya adalah yang penting jangan Ahok, sebesar 25,9 persen, alasan yang kedua ini yang perlu kita amati karena belum pernah muncul pada survei sebelumnya,” ujar Rico.