By Edriana Noerdin
Seperti terlihat dalam foto di bawah ini, kami pendukung Mas Anies yang datang ke studio Metro TV tadi malam (Senin, 27/3/2017) tidak lebih dari 10 orang, sesuai dengan permintaan penyelenggara. Dikatakan bahwa pendukung masing-masing paslon hanya boleh 10 orang karena 400 orang audience lainnya adalah mahasiswa. Hal ini karena acara debat ini adalah perang gagasan bukan perang "huuuu" sehingga tidak boleh bawa supporter.
(Pendukung Anies yang "minoritas" di studio Metro TV)
Tapi ternyata begitu masuk ruangan kami melihat banyak sekali penonton dari kalangan "tertentu" yang terlihat dari penampilan dan raut wajah mereka. Hal ini kemudian terbukti begitu Ahok masuk ruangan mereka semua bertepuk tangan dan bersorak sorai bak suporter sepakbola. Namun begitu Mas Anies yang masuk ruangan, semua diam, bahkan ada yang bilang "huuuu". Dan situasi ini terjadi terus menerus ketika debat sedang berlangsung. Setiap Ahok bicara mereka berteriak dan bertepuk tangan sehingga Najwa harus berkali-kali mengingatkan penonton untuk tenang. Tapi begitu Anies yang bicara mulai terdengar "huuuu" atau penonton pada diam dengan 'geruntelan' tidak suka. Aura tersebut sangat terasa bagi kami pendamping Mas Anies yang menjadi minoritas di studio yang besar tersebut.
Namun dukungan massa itupun tidak mampu membuat Pak Ahok menjadi tenang atau relax. Pak Ahok terlihat sangat tegang dan berusaha keras menahan diri. Beliau terlihat berkeringat atau mungkin memang dengan sengaja mencuci muka pada saat istirahat berusaha untuk menurunkan tensi bicaranya.
Salut saya kepada Mas Anies yang dengan sangat tenang, relax, penuh senyum dan terkesan tanpa beban sama sekali sejak memasuki ruangan "kandang lawan" dan tetap fokus mengatakan bahwa kami ingin merangkul semua golongan dengan membangun manusianya bukan hanya fisiknya saja. Karena inilah beda utama antara Mas Anies yang ingin membangun warga Jakarta dengan Pak Ahok yang hanya fokus pada pembangunan fisik semata.
Disini terlihat dengan jelas bahwa Mas Anies berjiwa besar, bertarung di kandang lawan, walau diingatkan banyak orang untuk tidak usah hadir. Mas Anies tetap pada prinsipnya bahwa sebagai Gubernur toh nanti beliau harus berdiri di atas semua golongan, dan kalau perlu memang harus mendatangi "sarang lawan" atau "sarang orang yg berseberangan dengan kita" katanya, sehingga beliau akan tetap memenuhi undangan semua golongan tanpa pandang bulu.
Yang sangat berbeda dari kedua paslon tadi malam adalah:
1. Pak Ahok setiap jeda istirahat selalu langsung terburu-buru lari ke belakang layar. Begitupun pendukung beliau selalu bergegas, sibuk sekali buru-buru menemui Ahok di belakang layar. Terlihat sekali dari wajah mereka bahwa mereka semua sangat gelisah dan melakukan koordinasi tak henti-henti. Najwa selalu mengingatkan beliau setiap acara akan dimulai. Gerak tubuh beliau sangat tegang.
2. Sementara Mas Anies sepanjang acara, 2 jam, tidak pernah meninggalkan arena, selalu duduk tenang, hanya sekali ke toilet dan itupun sangat singkat. Kami pendukungnya pun duduk dengan tertip. Bahkan diingatkan Najwa berkali-kali bahwa di belakang disediakan ruangan kalau pendamping mau melakukan koordinasi dengan Mas Anies. Tapi kami semua percaya bahwa sebagai Gubernur Mas Anies sangat mampu mengatasi tekanan apapun dan beliau sangat menguasai masalah yang sedang dibahas.
Dalam kata penutup ketika ditanya bagaimana caranya kedua paslon menjaga perdamaian di Jakarta, terlihat perbedaan yang sangat tajam antara kedua paslon:
Anies: "Saya akan merangkul semua golongan, berdialog dengan semua kelompok, kanan kiri, atas bawah tanpa kecuali".
Ahok: "Saya akan bangun Mssjid-masjid, mengirim marbot-marbot Umroh."
Terakhir Mas Anies mengatakan "marilah kita bersatu untuk kembali menjahit tenun kebangsaan yang sekarang sudah terkotak-kotak".