Sun Tzu dalam sebuah buku filsafat militer The Art Of War mengatakan Serang dengan menggunakan kekuatan pihak lain. Dengan alasan kalah kuat atau tidak ingin menggunakan kekuatan sendiri. Perdaya sekutu untuk menyerang musuh, sogok pegawai musuh untuk menjadi pengkhianat, atau gunakan kekuatan musuh untuk melawan dirinya sendiri.
Teknik dan cara yang diberikan oleh Sun Tzu sepertinya dilakukan oleh penguasa saat ini, entah itu memakai dengan tangan lembaga anti korupsi atau tangan aparat penegak hukum.
Aksi pembungkaman lawan lawan politik, yang dinilai membahayakan posisi penguasa saat ini, dinilai karena berani mengkritik kebijakan penguasa serta melawan niat penguasa kedepannya.
Pembungkaman tersebut dilakukan dengan pembunuhan karakter, kembali seperti apa yang dikatakan Sun Tzu dalam bukunya tersebut, Ketika musuh terlalu kuat untuk diserang secara langsung, incarlah sesuatu yang berharga miliknya. Ingatlah, bahwa musuh tidak selalu kuat di semua hal. Cermati dengan seksama, pasti ada celah di antara senjatanya dan satu titik lemah itu dapat diserang. Dengan kata lain, anda dapat menyerang sesuatu yang berhubungan atau dianggap berharga oleh musuh untuk melemahkannya secara psikologis. Psikologis dalam pasukan, perwira, atau bahkan diantara para budak belian.
Pembunuhan karakter atau perusakan reputasi adalah usaha-usaha untuk mencoreng reputasi seseorang. Tindakan ini dapat meliputi pernyataan yang melebih-lebihkan atau manipulasi fakta untuk memberikan citra yang tidak benar tentang orang yang dituju.
Pembunuhan karakter tentu akan meberi dampak psikologis karena langsung menyerang nama baik nama yang menjadi target pembusukan serta pembunuhan karakter.
Membuat nama baik seseorang hancur, dengan membuat fitnah serta konspirasi dimana semua kekuatan untuk membuat aksi ‘pembunuhan karakter’ tersebut sangat dimiliki oleh penguasa.
Bisa melalui lembaga anti korupsi ataupun aparat penegak hukum yang termasuk dibawah kepemimpinan sang penguasa.
Pembungkaman dengan pembunuhan karakter, menghabisi dengan pembusukan terlibat pelanggaran seperti tuduhan atau dugaan melakukan tindakan korupsi serta tuduhan melakukan perselingkuhan, yang pada intinya membuat jelek nama baik dari target yang menjadi lawan politik sang penguasa.
Issu serta penggiringan opini pun mudah dilakukan, dengan aksi saling hubung menghubungkan, bukti membuktikan yang bisa menguras mental serta psikologis lawan politik di persidangan yang diliput media secara nasional diketahui oleh rakyat banyak.
Yang tidak bersalah dan tidak melakukan kejahatan bisa menjadi pesakitan ataupun tersangka dalam sekejab akibat aksi pembunuhan karakter yang dilakukan oleh sang penguasa.
Kecuali kepada nama nama yang justru dilindungi serta dinilai sebagai aset oleh sang pengusa, tentu dipisahkan dari agenda target pembusukan yang ada.
Disaat pemilihan serta pemisahan antara target atau bukan, itulah bisa terlihat bagaimana penguasa sesungguhnya sedang melakukan pembunuhan karakter kepada lawan lawan politiknya (karena tebang pilih serta sesuai pesanan nama siapa yang harus dibusukkan).
Seperti nasib yang menimpa Habib Rizieq Shihab, serta kedepannya kepada nama Fadli Zon ataupun Fahri Hamzah, adalah sebuah upaya pembunuhan karakter demi menyingkirkan serta pembungkaman atas keberanian mereka melawan kebijakan penguasa.
Entah, sampai kapan praktek pembungkaman dengan pembunuhan karakter ini akan terus dilakukan, mungkin sampai kepada saat ketika semua rakyat takut dan tunduk kepada sang penguasa karena takut akan dibusukkan dan dibunuh karakternya.
(by Adityawarman @aditnamasaya)
Sumber: Lingkarannews