[PORTAL-ISLAM] Beredar kabar telah terjadi pergantian Direktur Utama di sebuah Bank Syari'ah milik negara secara mendadak.
Publik pun bertanya, Bank Syari'ah yang mana dan siapa yang diganti? Serta, mengapa ia harus diganti mendadak?
Pendekar perbankan syari'ah yang diganti tersebut bernama Imam Teguh Saptono, Direktur Utama BNI Syari'ah.
Pergantian mendadak ini, pagi dikabarkan diganti, siang serah terima jabatan kepada Direktur Utama yang baru, sore perpisahan dengan para staff, meninggalkan tanda tanya besar.
Mengapa pendekar perbankan yang sedemikian cemerlang karier dan prestasinya dicopot dengan tiba-tiba?
Entahlah..
Sebagai catatan, berikut prestasi gemilang beliau sebelum bergabung dengan BNI Syariah:
Ia memulai kariernya sebagai Trainee for Management Instructor di PT Garuda Indonesia. Bergabung dengan BNI tahun 1996 di Divisi Perencanaan Strategis (1996) dan menjabat sebagai Senior Asisten Manajer Hubungan Investor Bidang Riset Pasar Modal dan Pengembangan Bank BNI (1996-1998), sempat menjabat sebagai Head of Investor Relations di Bank Permata (2003-2005) serta Vice President of Corporate Secretary Bank Permata (2005-2007).
Imam Teguh Saptono baru bergabung kembali dengan BNI di tahun 2007 sebagai Wakil Koordinator Non Organic Growth Project. Bergabung dengan Tim Implementasi Pembentukan Bank Umum Syariah tahun 2009, Direktur Risiko dan Kepatuhan BNI Syariah sejak Juni 2010.
Pria alumni Institut Pertanian Bogor (IPB) ini memperoleh gelar Sarjana Ilmu Pertanian pada tahun 1992 dan Magister Manajemen Agri Bisnis dari Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 1994. Ia memperoleh gelar Doktor dalam bidang Manajemen Bisnis di Institut Pendidikan Bogor (IPB) pada tahun 2011.
Pada tahun 2012, Imam menjabat sebagai Direktur Bisnis dan mulai menjabat sebagai Direktur Utama di BNI Syari'ah sejak tahun 2016.
Pria dikenal sangat taat beragama ini membuat banyak terobosan, termasuk dalam hal muamalah saat memimpin BNI Syari'ah.
Terobosan tersebut antara lain:
- menghapus denda keterlambatan. Karena segala bentuk denda finansial adalah riba.
-Mengkampanyekan riba amnesty.
-Menggagas Griya Swakarya, yang akhirnya direstui OJK sebagai sebuah bentuk akad bisnis properti dengan para developer
Dalam acara perpisahan, Imam sempat menyampaikan bahwa pencopotan dirinya bukanlah hal aneh karena merupakan bagian dari konsekuensi yang tak bisa dihindari dan dipungkiri.
"Para sahabat surga, per hari ini amanah saya sebagai Dirut BNI Syari'ah berakhir. Sebagai konsekuensi logis dari keberpihakan yang tidak mungkin saya hindari dan pungkiri. Semua normal dan tidak ada yang aneh karena BNI Syariah mungkin memang belum milik ummat. Mohon maaf bila ada kesalahan selama menjabat di BNI Syari'ah," tutur Imam.
Imam Teguh Saptono dikenal luas oleh rekan-rekan sesama alumni IPB sebagai anggota Forum Pejuang Almaidah #Spirit212.
Dari pihak BNI Syari'ah, diperoleh keterangan bahwa hasil Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPS LB) BNI Syariah memang telah memutuskan mengganti dua direksi BNI Syari'ah.
Tak hanya Imam, direktur bisnis konsumer Kukuh Rahardjo pun rupanya ikut tergeser.
Sekretaris Perusahaan PT Bank BNI Syariah, Endang Rosawati menyampaikan, pemegang saham BNI Syari'ah dalam keputusannya pada RUPS LB per 23 Maret 2017 mengenai perubahan Manajemen BNI Syariah menetapkan pengakhiran masa tugas Imam Teguh Saptono sebagai Direktur Utama dan Kukuh Rahardjo sebagai Direktur Bisnis Konsumer BNI Syari'ah.
RUPS LB kemudian mengangkat Abdullah Firman Wibowo sebagai direktur utama dan Dhias Widhiyati sebagai direktur bisnis konsumer. Keduanya efektif setelah mendapat persetujuan dari OJK.
''Perubahan direksi merupakan kewenangan pemegang saham dalam rangka mempersiapkan BNI Syari'ah menjadi bank yang modern, dinamis, dan mencakup semua golongan,'' ungkap Endang dalam rilis tertulis Jumat, 24 Maret 2017.