Oleh: Ust. Zulfi Akmal
Tugas kita adalah mengingatkan selalu. Mengungkap fakta yang sebenarnya. Menjelaskan pemahaman yang hak. Mengajak berfikir yang tepat. Membanding-bandingkan informasi yang bertebaran dan kenyataan yang kelihatan jelas di depan mata.
Bagi sebagian orang mungkin mudah untuk menganalisa mana yang benar dan yang salah. Mana yang asli dan mana yang palsu. Mana yang yang hakiki dan mana yang hoax. Mana yang diredhai Allah dan mana yang dimurkai-Nya. Mana yang yang akan menyelamatkan di akhirat dan mana yang akan menjerumuskan ke neraka.
Tapi bagi sebagian yang lain, ada akal yang kesulitan membedakan antara siang dan malam. Benar dan salah. Asli dan palsu. Surga dan neraka. Karena banyaknya syubahat yang bertebaran dan pemutar balikkan fakta.
Akal yang seperti inilah yang harus kita perjelas baginya kebenaran itu. Kewajiban kita menyampaikannya dengan cara yang benar lagi baik disertai usaha maksimal.
Adapun mereka percaya atau tidak itu adalah hak mutlak di tangan Allah. Allah yang memberikan petunjuk bagi orang yang ia kehendaki.
“Sesungguhnya engkau tidak akan sanggup menunjuki siapa yang engkau cintai, akan tetapi Allah lah yang akan menunjuki siapa yang Dia kehendaki”. (Al Qashash: 56)
Sebagian orang memang ada yang bertipe tidak bisa menerima kebenaran bagaimana pun bukti dan penjelasannya. Karena hati mereka seperti yang dikatakan Allah…
“Kemudian hati mereka menjadi keras setelah itu, maka ia bagaikan batu, bahkan lebih keras lagi….” (Al Baqarah: 74)
Maka jangan heran bila….
“….. mereka tidak akan beriman sampai menyaksikan langsung azab yang pedih”.(Yunus: 88)
Di saat Nabi Syu'aib yang dijuluki Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sebagai "Khatibul Anbiya" (oratornya para nabi) kehabisan cara untuk meyakinkan kaumnya terhadap kebenaran, beliau menyerahkan segalanya kepada Allah dengan pasrah sepasrah-pasrahnya, seraya bermunajat:
وَسِعَ رَبُّنَا كُلَّ شَيْءٍ عِلْمًا ۚ عَلَى اللَّهِ تَوَكَّلْنَا ۚ رَبَّنَا افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَا بِالْحَقِّ وَأَنْتَ خَيْرُ الْفَاتِحِينَ
"Pengetahuan Tuhan kami meliputi segala sesuatu. Kepada Allah sajalah kami bertawakkal. Ya Tuhan kami, berilah keputusan antara kami dan kaum kami dengan hak (adil) dan Engkaulah Pemberi keputusan yang sebaik-baiknya". (Al A'raf: 89)
Mari kita perbanyak melantunkan do'a ini dengan sepenuh keyakinan dalam menghadapi tanggal 15 Februari besok. Kemudian pasrahkan hasilnya kepada Allah. Apapun takdir-Nya, semua akan baik bagi orang beriman.
Ketika usaha hamba sudah sampai kepada puncak, di sanalah Allah akan turun tangan langsung menyelesaikannya.***