[PORTAL-ISLAM] Aku lahir dan tumbuh di Indonesia. Saat kecil ibuku sering membacakan aku buku dongeng. Aku suka karena membuatku masuk ke sebuah dunia penuh fantasi.
Tapi kenyataan negeriku Indonesia seperti sedang “dikutuk” (seperti cerita dalam dongeng). Yang pasti bukan Allah yang memberikan kutukan itu. Katakan saja seorang penyihir yang membuat kutukan itu. Sehingga siapapun yang akan memimpin di negeriku ini selalu gagal.
Di sekolah aku belajar tentang kekayaan alam Indonesia. Seperti Indonesia yang memiliki pertambangan, mulai dari emas, intan, gas, batubara dan lain-lain.
Tapi kenyataannya, aku tak pernah boleh memilikinya. Jangankan memiliki, melihatnya saja, tidak pernah.
Lalu Indonesia yang memiliki pertanian yang sangat luas. Dengan penghasil beras yang banyak. Tapi aku selalu tidak bisa makan nasi lengket seperti nasinya orang Jepang (seperti sticky rice). Dengan alasan mamaku, kalau mau makan dengan nasi seperti nasi Jepang itu, harga berasnya mahal, menurut mama.
Bingung kan? Negeri penghasil beras. Tapi kita hanya bisa memakan nasi atau beras biasa-biasa saja.
Indonesia yang memiliki dua musim dengan menghasilkan banyak jenis buah. Tapi juga aku tidak selalu bisa memakannya.
Alasannya, mau makan pisang yang terlihat kuning segar, ternyata rasanya tidak manis. Jeruk manis ternyata asam. Apel segar ternyata dilapisi lilin.
Lalu kapan anak-anak Indonesia bisa merasakan tentang kekayaan negerinya sendiri?
Dan sampai kapan Indonesiaku bisa bebas dari kutukan ini?
Apakah kami anak-anak Indonesia ini, harus tumbuh besar dengan warisan tentang ketakutan saja ?
Bagaimana aku tidak merasa ketakukan. Sebab sudah tujuh orang yang menjadi pemimpin Indonesiaku ini, selalu saja tentang “kejahatan” yang menjadi ceritanya.
Aku tidak pernah tahu tentang sosok enam orang yang pernah menjadi pemimpin Indonesiaku ini. Tapi cerita tentang perbuatan “jahat” nya saja yang selalu menjadi cerita.
Contohnya, Presiden 1, kejahatannya, tentang hubungannya dengan pemberontakan (PKI).
Presiden 2, kejahatannya meraup separuh harta Indonesiaku.
Presiden ke 3, 4, 5 dan yang ke 6 juga sama.
Dan sekarang yang masih memimpin dan aku juga tahu sosoknya, karena aku sudah mulai tumbuh besar hingga aku tahu Presiden Indonesiaku, saat ini adalah bapak Jokowi. Juga masih dibilang “penjahat”.
Karena itu aku merasa, Indonesiaku ini seperti sedang menjalani semacam “kutukan”. Apakah penyebab kutukan itu dikarena tidak seorangpun pemimpinnya berhati ikhlas? Sehingga rakyatnya selalu berburuk sangka.
Betapa menyedihkan masa depan Indonesiaku. Kaya tapi miskin, miskin tapi kaya, cerdas tapi bodoh, bodoh tapi cerdas.
Penulis: D'amour Sakina M.
Siswa Kelas 2 SD di Jakarta Selatan
Editor: PortalIslam [*]