[PORTAL-ISLAM] Mungkin bagi Israel, khususnya Benjamin Netanyahu, Indonesia adalah negara brengsek yang bikin susah dan tidak jelas maunya apa. Sempat memberikan harapan palsu kepada Israel dengan gesture "pembukaan hubungan diplomatis" beberapa tahun belakangan, namun tetap saja persoalan "sepele" pesawat kenegaraan Israel yang mau menumpang lewat 3-4 jam di langit Indonesia tidak dikasih izin. (Sepele menurut Israel, tidak bagi Indonesia)
Sehingga pesawat delegasi PM Israel yang akan terbang dari Singapura ke Sidney (22/2/2017) ini harus mutar jauh ke atas lalu ke bawah.
Seharusnya penerbangan langsung dari Singapura ke Sydney (melintasi Indonesia) hanya memakan waktu sekitar 7 jam 38 menit dengan jarak tempuh 4141 mil. Namun, gara-gara dilarang melintas di wilayah Indonesia total waktu penerbangan Netanyahu lebih dari 11 jam karena mengambil jalur berputar untuk menghindari wilayah udara Indonesia dengan jarak tempuh 5887 mil.
Ini bukti pemerintah Indonesia serius dengan sikap polugrinya (politik luar negeri) terhadap isu Palestina. Kita harus mengapresiasi Pak Jokowi serta Bu Menlu yang tetap konsisten terhadap dukungan Indonesia.
Yang paling membuat saya sedikit tertawa satir di dalam berita The Washington Post ini adalah kalimat terakhirnya yang menyatakan:
"However, when Netanyahu called upon Indonesia to normalize diplomatic relations last year, the Indonesian government said it would do so only when the Palestinians are granted an independent state." (Normalisasi hubungan Indonesia dan Israel bisa saja terjadi, tapi hanya setelah rakyat Palestina mendapatkan kemerdekaan.)
Ngeselin ga sih, Indonesia? Kemarin memberikan harapan normalisasi, giliran Israel menaruh harapan, dijawabnya seperti itu. Ini seperti main-main :)
Well, Indonesia akan tetap menjadi Indonesia. Semenjak negara ini berdiri, sikap rakyat dan pemerintahnya selalu sama. Urusan Palestina, bukan semata-mata urusan bangsa Palestina saja. Tapi juga rakyat Indonesia.
(Herriy Cahyadi)