[portalpiyungan.co] Sabtu, 07 Januari 2017, matahari bersinar terik. Sudah 10 bulan 300-an warga Kampung Aquarium hidup di atas puing.
Bulan April 2016, Gubernur Ahok mengirim ribuan tentara, polisi dan Satpol PP menggusur rumah-rumah mereka.
Hari ini Ketua Partai Gerindra, bapak Prabowo Subianto datang ke sana. Terik matahari sepanas bara api. Mantan Danjen Kopassus itu datang dalam kesunyian. Dia memberi instruksi agar media tidak diberitahu. Jangan ada pengerahan massa. Tidak ada pengawalan Satgas Garuda Yaksa. Dia ingin berdialog dengan warga, melihat secara langsung nasib mereka.
Namun ternyata, entah dari mana, gerombolan media mendadak tumpah ruah. Rupanya mereka "bersembunyi" di balik tenda-tenda darurat. Jurnalis menyerobot acara temu warga. Berdesak-desak. Meminggirkan warga.
M. Taufik (Ketua DPD Gerindra), ditemani Dharma Diani (warga) menyambut kedatangan bapak Prabowo.
Rombongan berjalan pelan. Tertatih-tatih. Terhalang barisan pasukan kamera. Drone bergesing di udara. Pa Prabowo bergerak ke area dalam, semakin masuk, melintasi puing-puing tajam bergelombang dan keras. Kayu-kayu, dolken, reruntuhan tembok, berbaur membentuk mozaik kehancuran. Serupa Allepo pasca digempur serdadu Rusia. Hancur. Hanya ada noda-noda kerusakan.
Pak Prabowo masuk ruang dalam tenda darurat. Sejumlah ibu berhamburan, memeluk Jenderal Bintang Tiga itu. Isak tangis sontak pecah. Tanpa sebab pasti. Seakan ada sesak dalam dada. Mereka tumpahkan itu kepada Sang Jenderal.
Segumpal sesak. Mereka meratap. Ironi nasib mereka. Berlinang air mata. Hendak berteriak. Mereka masih tidak mengerti. Mengapa Ahok melibas rumah mereka, merampas kehidupan mereka. Apa dosa mereka. Air mata mereka adalah permintaan tolong. Mereka orang kecil. Mereka manusia. Mereka tak berdaya.
Mata Pak Prabowo mulai basah. Dia menitikan air mata. Mereka menangis bersama.
Di luar tenda, Anies Baswedan telah tiba di lokasi. Raut muka Anies tampak sedih. Ada semacam kegalauan. Saya rasa, dia prihatin. Ini kali pertama Anies melihat langsung kondisi Kampung Aquarium pasca dibombardir pasukan penggusur Ahok.
Kepada rakyat, dalam orasinya, Anies bilang bahwa kejadian semacam penggusuran ini tidak boleh terulang lagi di masa depan.
Ya, kita butuh gubernur sekaligus pemimpin yang memiliki hati nurani. Bukan seorang fasis. Bukan seorang penindas si lemah, sekaligus kacung para taipan dan bos properti.
Penulis: Zeng Wei Jian