Soal 'Fitsa Hats', Pengamat: Kalau Diperkarakan Hukum, Novel Akan Lebih Unggul Dibanding Ahok


Lho... Muasal "Fitsa Hats" menjadi komoditas informasi ini ternyata dari Ahok, toh?

Wah wah wah....

Saya kutip sebagian teks dari situs Detikcom:

[kutipan]

Sebelum sidang dimulai, seorang saksi biasa ditanya mengenai identitasnya. Ahok menyoroti pemeriksaan identitas Novel ini.

"Nama saksinya Habib Novel. Dia kerja dari tahun 92 sampai 95 di Pizza Hut. Tapi mungkin karena dia malu kerja di Pizza Hut karena itu punya Amerika, dia sengaja menuliskan Fitsa Hats," ujar Ahok.

"Dia sengaja ubah. Ini saya kasih lihat. Saya sampai ketawa. Dia ngakunya nggak perhatikan, padahal dia tanda tangan semua," sambung Ahok sembari memegang berkas identitas Novel.

Hal itu disampaikan Ahok gedung Kementan, Jl RM Harsono, Ragunan, Jaksel, Rabu (3/1/2017). Menurut Ahok, Novel malu karena di persidangan Novel konsisten menyatakan 'jangan mau dipimpin yang tidak seiman'.

"Saya kira dia malu karena dia bilang tidak boleh dipimpin oleh orang yang nggak seiman, yang kafir," kata Ahok.

Link: https://news.detik.com/berita/3387002/ahok-malu-kerja-di-restoran-as-habib-novel-tulis-fitsa-hats

----

Dan mari kita kaji:

(1). Pernyataan: "Tapi mungkin karena dia malu kerja di Pizza Hut karena itu punya Amerika, dia sengaja menuliskan Fitsa Hats".

Di sini tampak jelas, Ahok menggunakan prasangka "Mungkin karena dia malu". Lalu Ahok mendeklarasi: "Dia sengaja menuliskan Fitsa Hats".

Dengan berdasar prasangkanya sendiri, Ahok telah menyimpulkan orang lain telah melakukan sebuah kesengajaan. Apakah Novel memang sengaja? Adakah deklarasi dari Novel bahwa ia memang sengaja? Jika tidak ada deklarasi itu, maka Novel berada pada posisi unggul untuk menyatakan telah adanya perlakuan tidak menyenangkan terhadap dirinya.

(2). Kedua: Menyorot "identitas saksi" dari sisi ketepatan nama huruf demi huruf, dengan tujuan untuk memastikan kebenaran identitas orang di muka hukum, itulah yang semestinya dilakukan. Namun, menyorot "nama tempat kerja" yang pernah dilakoni saksi, lalu menghubung-hubungkananya dengan kepemilikan asing, saya pikir jauh dari substansi identitas saksi itu sendiri.

(3). Ketiga: Ahok mengklaim Novel malu. Novel malu karena di persidangan Novel konsisten menyatakan 'jangan mau dipimpin yang tidak seiman'.

Apakah benar Novel malu? Apakah Ahok pakar perasaan orang lain hingga dengan seenaknya di depan media bisa menyimpulkan orang lain malu? Jika Ahok tak bisa mempertahankan klaim dia ini, maka lagi lagi Novel punya modal yang cukup untuk memperkarakan Ahok atas perbuatan yang tidak menyenangkan.

(by Canny Watae)


Baca juga :