Salahmu, Karena Kamu Muslim
Sulit untuk tidak melihat keberpihakan di negeri ini. Betapa tidak, semua fakta justru menguatkan itu, walau kita mencoba untuk mengartikan yang lain, tetap tidak bisa.
Bagaimana tidak, nyata-nyata terjadi penistaan agama, banyak yang terluka, jutaan marah dan tak suka, tapi tetap saja lamban penanganan, terlihat tak serius.
Tapi begitu Muslim yang masih diduga melakukan sesuatu, semua kekuatan dikerahkan, tembak kalau perlu, siksa saja, minimal diperkarakan, dikriminalisasi.
Muslim selalu salah, yang banyak harus mengalah, dan yang minoritas pastilah korban, harus dapat pembelaan, supaya diakui dunia katanya, dibilang demokratis.
Memberi saran pada pemerintah langsung dicap makar, sementara yang jelas-jelas memberontak tidak ditindak. Meminta keadilan dianggap ingin menggoyang negara.
Sementara pembakar masjid diundang ke istana, menolak gereja yang dibangun bukan pada tempatnya dikatakan merusak kerukunan umat beragama.
Menolak menggunakan topi santa dikatakan intoleran, begitu juga menyuarakan adzan pada saat nyepi dikatakan tak tahu diri, kalau Islam apapun pasti salah.
Sementara ormas pembela Islam digadang ingin dibubarkan, saat mereka yang diserang, tetap saja yang salah yang ada label Islam, sulit untuk tidak melihat keberpihakan.
Ulama ditolak dan diancam, bandara yang harusnya steril dari senjata tajam, juga dibiarkan. Coba saja kalau Muslim yang buat begitu, sudah tentu densus yang turun tangan.
Mau dibawa kemana negeri ini? Yang sungguh-sungguh mencintai negeri ini dan ummatnya, dituduh macam-macam, yang menjual-juali negeri ini lalu dipuji-puji.
Pejuang negeri ini memang tak 100% Muslim, tapi sebagian besar Muslim. Tapi ingatlah selalu, sejarah mencatat, bahwa yang pernah menjajah nusantara ini, 100% kafir.
Dan Allah jelaskan, mereka takkan henti membuat tipudaya. Maka hanya kepada Allah kita berlindung. Terapkan hukum Allah, Kitabullah dan Sunnah, itu jalan terutama.
(Ustadz Felix Siauw)