Oleh: Ust. Nandang Burhanudin
(Warga Jabar)
(1) Lucu rasanya, demi seorang Ahox. Polri lebih rela merekayasa konflik dengan ulama, habaib, dan umat Islam. Padahal status KTP mereka juga muslim.
(2) "Pasti ada hal besar yang disembunyikan", maka kegaduhan demi kegaduhan ditimbulkan. Bulsit, penimbul situasi murni operasi intelejen.
(3) Tapi, spirit 411 dan 212 memang mukjizat. Umat Islam paham, tak mudah dibohongi apalagi dikendalikan. Tongkat komando dan apapun namanya, tak ada lagi pengaruh.
(4) Umat kini berani menyalahi perintah para ketua, jika dipandang aneh dan tidak berpihak pada umat. Apalagi sekedar seruan Kapolda Jabar yang nyata-nyata tak berpihak pada umat.
(5) Massa GMBI dan massa preman lainnya, tidak akan mampu mengimbangi massa pro MUI atau FPI. Lihatlah aksi 212 dan 411. Mereka datang dari berbagai pelosok. Menohok Ahox!
(6) Di masa lalu, hanya massa PKS yang bisa menurunkan jumlah ratusan ribu dalam aksi anti penjajahan. Teguh digutur hujan. Santun dan menjaga kebersihan.
(7) Mengapa GMBI dan massa proHox atau ProJok sedikit? Jawabannya jelas; mereka massa bayaran. Hitung saja berapa modal mendatangkan massa 100.000 x 10.000.
(8) Tak akan punya uang sebanyak itu. Maka TimJok dan TimHox selalu mengandalkan massa siluman, dengan ribuan akun palsu pembuat dan penyebar hoax.
(9) Jadi, maafkan Pak Kapolda. Saya orang Sunda dan bagian dari umat Islam, tidak memenuhi seruan Pak Kapolda. Saya lebih memilih seruan ulama, memenjarakan penista agama.
(10) Kalau tidak punya malu. Lakukan saja apa maumu sesukamu. Itu sabda Rasul kami tercinta. Tapi ingatlah, semua ada pertangungan jawabnya.
***