[portal-islam.id] Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri dengan berapi-api menyampaikan pidato pada peringatan HUT ke-44 PDIP di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta Pusat, Selasa (10/1/2017).
Dalam pidatonya, Mega persoalkan orang yang beragama tetapi menanggalkan ke-Indonesiaannya. Ia menyebut, "Kalau mau jadi orang Islam, jangan jadi orang Arab."
(Baca: [Video] Geger Pidato Megawati Sebut "Kalau Mau Jadi Orang Islam, Jangan Jadi Orang Arab")
Tapi kuasa Allah, pada pidato ini lidah Mega juga keseleo.
Setidaknya ada tiga keseleo lidah Megawati seperti yang dilansir VIVA.co.id:
1. Salah menyebut Ketua MPR Zulkifli Hasan dengan Zulkifli Lubis
Sebagaimana pidato-pidato para tokoh atau pejabat di Indonesia, selalu diawali dengan menyapa para tamu-tamu penting yang hadir. Begitupula dengan Megawati dalam pidatonya tersebut.
Ia memulai dengan menyapa Presiden Jokowi, Wakil Presiden Jusuf Kalla. Namun, terjadi kesalahan ketika dia menyebut nama Ketua MPR Zulkifli Hasan. Mega menyebut dengan Zulkifli Lubis.
"Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat sekaligus juga sebagai Ketua Umum Partai Amanant Nasional.... Bapak Zulkifli Lubis".
Padahal tepuk tangan sudah menggema. Tapi salah ucap.
2. Notabena
Mega sempat menyebutkan "notabena" saat membahas soal ideologi tertutup. Saat itu, Mega tengah menerangkan soal para pemimpin yang menganut ideologi tertutup yang memosisikan dirinya sebagai pembawa "self fulfilling prophecy" atau para peramal masa depan.
Menurut Mega, mereka dengan fasih meramalkan yang akan pasti terjadi di masa yang akan datang, termasuk dalam kehidupan setelah dunia fana. Setelah itu, kata "notabena" pun keluar.
3. Aksi Umat Islam Peristiwa di Penghujung 2015
Mega juga menyinggung suatu peristiwa di penghujung tahun 2015. Peristiwa itu bahkan sampai menggugah pertanyaan filosofisnya.
Mega lantas menilai peristiwa itu harus dimaknai sebagai cambuk yang mengingatkan pentingnya Pancasila sebagai pendeteksi sekaligus tameng proteksi terhadap tendensi hidupnya ideologi tertutup, yang mengancam persatuan dan kesatuan bangsa.
Berdasarkan catatan VIVA.co.id, pada penghujung tahun 2015, tidak ada peristiwa sosial atau politik yang cukup besar terjadi di Indonesia dalam konteks pengerahan massa. Peristiwa besar baru terjadi pada penghujung tahun 2016 yaitu ketika jutaan umat Islam bergerak ke Jakarta untuk menggelar aksi damai pada 4 November 2016 dan 2 Desember 2016.
Jutaan massa itu menuntut agar Basuki Tjahaja Purnama yang kemudian menjadi tersangka dan kini terdakwa agar diproses hukum akibat dugaan penistaan terhadap Alquran. Setelah aksi tersebut, lalu muncul aksi-aksi lainnya yang menyuarakan kebhinekaan, NKRI, dan Pancasila.
Berikut rekaman video pidato Megawati, di awal sudah salah ucap: