"Sari Roti dan Pangan Lokal" Oleh: Dr. Kintoko


Sari Roti dan Pangan Lokal

Oleh: Dr. Kintoko, M.Sc., Apt
(Peneliti Produk Alami Indonesia)

Viral Sari Roti yang ada di lokasi Aksi 212 menyebabkan si pemilik tidak rela jika Sari Roti diborong untuk sedekah para mujahid 212. Kondisi ini menunjukkan bahwa semakin nyata keberpihakan mereka kepada para pemilik modal besar. Jika dikalkulasi, pembeli terbesar sari roti mestilah umat Islam.

Dengan kejadian ini, semoga umat Islam makin sadar, bahwa selama ini mereka hanya dijadikan sebagai market saja, sedangkan kepentingan mereka tetap kepada si pemilik modal. Oleh sebab itu, sudah saatnya umat Islam mandiri dalam pemenuhan kebutuhan pangan lokal dan tidak bergantung dengan bahan impor. Pasalnya, komponen bahan baku Sari Roti adalah gandum yang jelas jelas bukan produk asli Indonesia. Belum lagi jika dilihat bahan pengawet yang digunakannya yaitu kalsium propionat dapat menyebabkan penurunan konsentrasi, utamanya pada anak anak yang disebut ADHD adalah singkatan dari Attention Deficit Hyperactivity Disorder, yaitu sebuah gangguan pada perkembangan otak yang menyebabkan penderitanya menjadi hiperaktif, impulsif, serta susah memusatkan perhatian.

Saatnya kembali kepada pangan lokal yang tidak kalah dalam kandungan nutrisi apalagi dengan teknologi fortifikasi sehingga membuat kandungan nutrisinya bisa ditingkatkan. Sumber pangan yang layak menjadi unggulan pengganti gandum adalah mocaf, yang bahan bakunya dari singkong. Banyak penelitian telah membuktikan bahwa mocaf bisa menggantikan gandum yang selama ini telah menjadi kebutuhan pokok kedua setelah beras.

Seiring dengan sentimen pemilik sari roti, maka wajib bagi setiap umat Islam untuk beralih kepada pangan lokal. Dan Indonesia sangat terkenal dengan deversifikasi umbi umbian, seperti talas, uwi, ubi jalar, singkong, suweg, ganyong, kentang, gembili, gembolo dll. Selain pangan lokal itu menyehatkan karena tidak ada bahan tambahan, juga akan meningkatkan kemandirian bangsa dengan tidak bergantung pada impor gandum.

Buka mata, buka telinga, buka hati, saatnya umat Islam cerdas dengan melestarikan pangan lokal.

Yuuuuuuk....!!!


Baca juga :