MERINDING! Kesaksian Wartawati CNN di Dewan Keamanan PBB: TIDAK ADA YANG LEBIH MENGERIKAN DARIPADA ALEPPO!


[portalpiyungan.co] Aleppo telah jatuh dan perhatian, air mata dan doa seluruh warga dunia tercurah ke sana.

Separah apakah Aleppo?

Bulan Agustus 2016 lalu, Clarissa Ward, seorang wartawati CNN yang sepanjang karirnya banyak melakukan liputan di daerah konflik, membuat sebuah gambaran amat sangat gamblang mengenai situasi Aleppo.

Dalam video singkat berdurasi 1 menit 56 detik yang kini viral di media sosial, deskripsi Clarissa di depan Dewan Keamanan PBB mengenai Aleppo mampu menguras emosi pemirsanya.


"Saya telah menjadi koresponden perang selama lebih dari 10 tahun. Saya pernah ke Irak, Afghanistan, Gaza, dan setiap daerah konflik terburuk yang Anda mampu pikirkan, saya tidak pernah melihat apapun seburuk kondisi Aleppo.Tidak ada yang menjadi pemenang di Aleppo," ungkap Clarissa.

Tahun 2012, Ward adalah salah satu dari sedikit jurnalis yang berada di Aleppo.

"Dan saya dikejutkan oleh tingkat kehancuran, yang telah Anda dengar dari Dr. Ghatar. Dr. Ghatar menggunakan istilah apocalyptic wasteland, tanah yang lukuh lantak karena kiamat, dan itu terjadi di tahun 2012. Tembakan-tembakan tiada henti. Ada banyak penembak jitu di mana-mana. Dan yang saya mampu ingat adalah saya merasa amat sangat lelah akibat perasaan amat sangat takut yang dialami setiap waktu," kenang Clarissa.

"Satu-satunya hal yang saya pikirkan ketika itu, ini adalah neraka yang sesungguhnya. Beginilah rasanya neraka, dan tak ada yang lebih buruk daripada ini. Tapi ternyata situasi ini semakin memburuk, bahkan amat sangat memburuk," tambahnya.

"Yang mati terbunuh di Suriah, lebih sulit untuk dibangun kembali daripada sebuah bangunan yang hancur karena bom, adalah rasa percaya. Tidak ada rasa percaya. Tidak ada rasa percaya kepada rezim Assad, tidak ada rasa percaya pada gencatan senjata, penghentian permusuhan, atau jalan kemanusiaan, tidak ada rasa percaya kepada pemerintah Rusia, dan tak ada rasa percaya kepada kalian, kepada kita komunitas internasional. yang hanya mampu meremas-remas sela-sela tangan mereka saat rumah sakit, toko-toko roti, dan sekolah-sekolah dibom, saat bom fosfor dan cluster bom berisi proyektil-proyektil menewaskan warga sipil yang tak terhitung jumlahnya," tandas Clarissa.

"Saya jelaskan ya...orang-orang yang memutuskan untuk terus bertahan hidup di Aleppo, telah menghadapi pengeboman tanpa henti setiap hari. Hampir semua dari mereka tidak memiliki rencana untuk mengungsi. Mereka telah memutuskan sejak lama bahwa mereka lebih baik mati dengan bermartabat daripada harus mengungsi," tegas Clarissa.

Baca juga :