(Screenshoot video Euronews - asal usul tuduhan "Teroris")
[portalpiyungan.co] Baru-baru ini beredar informasi terkait bantuan dari Indonesian Humanitarian Relief (IHR) yang ditemukan di bekas markas kelompok petempur di kota Aleppo, yaitu Jaisyul Islam.
Isu yang beredar, terutama diantara pendukung Assad dan para penganut Syi'ah, IHR yang dipimpin oleh Ustadz Bachtiar Nasir (UBN) ini telah "menyalurkan bantuan bagi kelompok teroris".
Kabar tersebut sampai ke pihak kepolisian. Polisi sendiri mengaku masih melakukan pengumpulan informasi lebih lanjut.
Polisi mengatakan, penyaluran bantuan kemanapun adalah hak setiap orang yang menyumbang.
Polisi tidak memiliki kewajiban untuk melarang dan mencegah penyaluran. Namun, pihak berwenang berhak menyelidikinya untuk memastikan bantuan itu diberikan kepada pihak yang berhak.
IHR Membantah
Sementara itu, pihak IHR telah membantah tuduhan menyalurkan bantuan pada "kelompok teroris". Bantuan itu ditujukan kaum Muslim di Suriah yang teraniaya dan terzalimi, bukan kelompok petempur.
"Anda lihat sendiri bagaimana pengepungan di Allepo? bagaimana Rusia dan pasukan Iran menghancurkan anak-anak di Aleppo, laki-laki dan perempuan", kata Wakil Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia Najamuddin Ramly, terkait tudingan pada UBN, dikutip CNN Indonesia.
IHR lewat situs resminya menjelaskan bahwa dalam penyaluran bantuan, mereka menggandeng IHH Turki.
IHR juga menyebut, isu ini adalah fitnah pada lembaga kemanusiaan oleh pihak tertentu (pendukung rezim Assad), berdasar secuil gambar.
Bahkan, IHR menduga isu ini sengaja dihembuskan karena UBN terkait GNPF-MUI.
"IHR adalah lembaga yang didirikan para aktivis kemanusiaan dari banyak elemen umat. Dengan membawa-bawa nama Gerakan Nasional Pengawal Fatwa MUI (GNPF-MUI), kelompok penfitnah – yang diduga jejaring gerakan Pro Rezim Bashar al Assad di Indonesia ini – ingin berusaha melakukan usaha memecah ukhuwah umat Islam yang saat ini sedang solid", tulis kelompok itu dalam situsnya.
Asal-usul Isu
Polemik ini muncul setelah beredar sebuah video ketika Aleppo timur jatuh ke tangan pasukan Assad.
Saat itu orang-orang membongkar isi markas kelompok oposisi Jaisyul Islam. Mereka menemukan sejumlah logistik.
Dan kardus berlogo IHR juga ditemukan. Namun tak ada rincian apa isi kardus dan bagaimana asal-usulnya masuk ke markas Jaisyul Islam.
Video Euronews berbahasa Inggris itu menerangkan kelompok bersenjata menimbun bantuan yang seharusnya untuk warga sipil.
Seperti diketahui, bantuan luar terakhir yang masuk ke kota Aleppo timur adalah ketika oposisi Jaisyul Fath menembus blokade Agustus lalu.
Saat itu sejumlah bantuan masuk ke kota Aleppo timur beberapa kali.
Jaisyul Islam kelompok teroris?
Risalah.tv telah menelusuri bahwa Jaisyul Islam bukanlah kelompok teroris seperti yang dituduhkan oleh penganut Syi'ah atau pendukung Assad lainnya.
Meski dalam kasus ini kelompok tersebut dikritik karena dianggap memanipulasi bantuan. Tetapi tidak benar jika disebutkan mereka adalah "teroris".
Di Suriah hanya ada 2 kelompok yang masuk list teroris PBB, yaitu Jabhah Fathu Syam (bekas Jabhah Nushrah) dan ISIS.
Adapun Jaisyul Islam adalah kelompok pejuang oposisi bersenjata yang masuk dalam daftar oposisi yang berunding di Jenewa tahun ini.
Muhammad Alloush, biro politik kelompok, tergabung dalam Komite Negosiasi Tinggi (HNC). Mewakili oposisi dalam perundingan yang akhirnya gagal itu.
Rusia juga pernah meminta DK PBB untuk memasukkan Jaisyul Islam dan Ahrar Syam ke dalam daftar hitam, namun tuntutan tersebut ditolak dewan.
Hanya Assad yang menuduh semua kelompok penentangnya sebagai "teroris".
Polisi mungkin untuk menyelidiki
Sangat mungkin bagi pihak Kepolisian melibatkan diri mengusut isu ini.
Karena dalam penyalurannya IHR menggandeng IHH, sebuah lembaga kemanusiaan Turki yang telah mendunia, dimana dahulu pernah menginisiasi Freedom Flotilla untuk menembus blokade Gaza. IHH Turki juga turut membantu pengungsi Rohingya di Aceh.
(IHH Turki membantu pengungsi muslim Rohinga di Aceh pada Ramadhan kemarin)
Di Suriah, IHH memang sangat aktif. Sebagai negara yang berbatasan langsung, Turki memiliki IHH untuk menjalankan misi kemanusiaan di sana.
Terutama di wilayah oposisi Sunni yang didukung Turki. IHH juga kerap digandeng lembaga lain dari berbagai negara yang ingin dibantu beraktivitas di Suriah.
Tetapi, laporan penyelewengan bantuan oleh kelompok tertentu tidak akan bisa dikenai tuntutan hukum. Kecuali jika itu disengaja dan menyangkut kelompok yang masuk list teroris PBB.
Dalam hal ini, Jaisyul Islam hanya "armed group" biasa yang menguasai wilayah itu secara de facto.
IHR menggandeng IHH, meski demikian tidak ada informasi IHH secara sengaja memberikan bantuan untuk kelompok bersenjata.
Jika yang menyelewengkan adalah anggota kelompok bersenjata, maka sangat tidak mungkin polisi akan mengusut mereka. (Risalah.tv)
___
NB: Tuduhan "Teroris" pada lembaga kemanusiaan IHR dan juga IHH yang sudah berbuat nyata membantu kemanusiaan justru akan menjadi tamparan bagi penuduh. Semakin dibongkar akan semakin ketahuan siapa pihak "Teroris" sebenarnya. Kebenaran akan menemukan jalannya, sedang yang terbiasa Taqiyyah akan terkubur pada saatnya.