[portalpiyungan.co] Syekh Subhi al-Tufayli, mantan pimpinan Hizbullah mengecam kelompok sekutu Lebanon termasuk Presiden Suriah Bashar al-Assad yang melakukan aksi brutal militer di Aleppo, yang digambarkan Tufayli sebagai Karbala baru. (Karbala tempat di Irak yang dikenal sebagai tempat pembantaian Husain bin Ali dan pengikutnya oleh pasukan Bani Umayyah pada 10 Muharram 61 H -red).
Aksi brutal militer rezim Suriah di daerah yang dikuasai pasukan perlawanan di daerah Aleppo, telah menyebabkan berkembangnya kelompok militan Islamic State (IS/ISIS) di beberapa daerah lain di Suriah, demikian disampaikan Syekh Tufayli, ulama Syiah yang juga mantan Sekretaris Jenderal Hizbullah, dalam sebuah kothbah Jumat, pekan lalu.
Tufayli mengatakan, Assad, bersama para sekutunya, Rusia, Iran dan Hizbullah, jelas-jelas bersalah karena telah membantai ribuan muslim di Aleppo, tempat yang disebut Tufayli seperti Karbala, salah satu dari kota-kota yang paling dihormati kaum Syiah.
Tufayli mengatakan, keinginan rezim Assad untuk menghancurkan gerakan kelompok oposisi Suriah di Aleppo tak akan mampu menahan penyebaran kelompok ISIS di daerah manapun di Suriah. (Oposisi dan ISIS adalah dua kelompok yang berbeda)
"Bagaimana kita mampu menjelaskan, kehancuran, api yang begitu cepat menjalar dan serangkaian bom yang jatuh di Aleppo dan membunuh semua yang berada di kota itu, sementara di gurun Palmyra, ada kelompok militan menyerang tentara Suriah dan mampu mengambil alih kekuasaan dalam waktu singkat, tak sampai 1 hari. Bagaimana kita bisa menjelaskan ini?", tanya Tufayli.
"Di satu sisi, ada kelompok oposisi yang dikenal secara luas oleh dunia internasional, dan di lain sisi ada kelompok ISIS yang tak dikenali keberadaannya," tuturnya, mengacu pada pertempuran dua faksi tersebut di Suriah (tepatnya di wilayah Al-Bab Suriah -red).
"Kita membiarkan kelompok ISIS berkembang dan menyerang kelompok oposisi yang sesungguhnya, sehingga tak ada lagi yang tersisa, selain rezim, yang telah membantai bangsa nabi Muhammad, dan kelompok ISIS. Lalu kita mengatakan kepada orang-orang untuk memilih, pilih mana, ISIS atau Bashar?", tandas Tufayli.
[Gambaran kondisi Suriah. Assad habisi oposisi dan biarkan ISIS, lalu bilang: Pilih Saya atau Dia (ISIS)]
"ISIS harus bertahan (sengaja tetap eksis) untuk rezim dan para sekutunya, untuk menjadi bahan perbandingan. Tidak ada satupun yang akan mau menerima ISIS, jadi mereka harus menerima kekuasaan rezim Assad," tambahnya.
Dalam sebuah video lain, Syekh Tufayli mengecam dengan pedas sebuah kesepakatan yang menurutnya dibangun oleh Amerika dan Rusia untuk melawan kelompok muslim (oposisi) di kawasan tersebut.
"Ini menunjukan kita, kelompok Syiah sedang menjadi budak dari Amerika dan Rusia yang menyerang putra putri islam!", tandasnya.
"Dengan topeng samaran, mereka telah menciptakan teror untuk memerangi kita," cetusnya.
Hizbullah adalah faksi pendukung rezim Assad yang telah menyediakan ribuan tentaranya untuk bergabung dengan militer Suriah memerangi kelompok oposisi di seluruh negeri.
SekJen Hizbullah saat ini, Sayed Hassan Nasrallah, yang pernah dipuji sebagai sosok perlawanan anti Israel dari kawasan pan Arab, telah dikritik atas kesetiaannya mendukung Bashar al-Assad.
Konflik yang telah berlangsung selama 5 tahun ini telah meningkatkan ketegangan antar kelompok. Adanya penyelarasan antara kelompok sektarian dengan kekuatan organisasi politik, tergantung kepada kelompok politik mana mereka akan patuh, merupakan sebuah pendekatan yang dikutuk keras Tufayli.
"Sejujurnya, atas nama Sunni dan Syiah, kita tetap diam pada semua kejahatan, menghancurkan bangsa kita dan menawarkannya kepada 'anjing-anjing pemangsa dunia' - hanya karena saya Syiah dan Anda Sunni," katanya.
Lebih dari 400.000 orang meninggal sejak konflik Suriah meletus tahun 2011, sementara jutaan lainnya dipaksa mencari suaka ke berbagai negara lain.
Sumber: https://www.alaraby.co.uk/english/news/2016/12/17/karbala-is-in-aleppo-this-year-ex-hizballah-leader