[portalpiyungan.co] Kristen menyebut selain mereka dengan istilah “domba tersesat/hilang” (Matius 18:12-14 dan Lukas 15:3-7).
Domba merupakan lambang yang sangat sering dijumpai di dalam Alkitab sejak zaman sebelum Daud, gembala domba yang menjadi raja Israel (lihat Mazmur 23). Domba adalah binatang yang sangat bodoh yang tidak mampu mencari makan/minum sendiri tanpa tuntunan gembalanya, apalagi melindungi dirinya. Domba merupakan perlambangan dari manusia. Domba yang sesat/hilang melambangkan manusia yang berdosa/kehilangan kemuliaan Allah, sedangkan domba yang tidak sesat melambangkan orang yang benar, yaitu mereka yang telah percaya kepada Yesus, bertobat dari dosanya, dan kembali ke jalan yang benar. (Wikipedia)
Dalam ajaran Islam orang yang bukan muslim disebut dengan istilah "KAFIR". Itu istilah yang langsung dari Allah SWT.
Baik muslim maupun non muslim ketika bicara soal TOLERANSI selalu mengutip, "Bagimu agamamu, bagiku agamaku" (lakum dinukum waliyadin). Kalimat itu adalah ayat keenam dari surah Al Kafirun. Lengkapnya:
1. Katakanlah ( wahai Muhammad ) "Hai orang-orang kafir,
2. Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.
3. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah.
4. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah,
5. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.
6. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku."
Asbabun Nuzul (sebab turunnya) Surat Al-Kafirun:
Turunnya surah Al-Kafirun dilatar belakangi oleh ajakan kaum musyrikin Quraisy yang selalu berupaya untuk membendung dakwah Rasulullah s.a.w. dengan bujukan sampai dengan cara penyiksaan dan intimidasi namun tetap mengalami mengalami kegagalan. Akhirnya timbul gagasan mereka untuk mengajak kompromi Rasulullah. Para pemuka kafir Quraisy mengajak Rasulullah beserta para sahabat nabi untuk menyembah apa yang mereka sembah selama 1 tahun, kemudian 1 tahun berikutnya mereka juga menyembah Allah Swt. dengan tuntunan Rasulullah.
Dari peristiwa itulah sehingga Allah menurunkan surah Al-Kafirun dan menjadi jawaban dari Rasulullah atas ajakan para pemuka Kafir Quraisy untuk bertukar keyakinan. Dan Rasulullah dengan tegas menolak ajakan mereka.
Banyak (bahkan orang Kafir) yang mengutip ayat "Bagimu agamamu, bagiku agamaku" terkait toleransi. Cuma anehnya, mau mengutip ayat 6 ini ("Bagimu agamamu") tapi marah ketika disebut kafir.
Padahal dalam negara pancasila ini kafir kan bukan kejahatan, makanya saya salut juga dengan gagah Ahok mengatakan, “saya bangga menjadi kafir tapi tidak korupsi”.
(lihat: http://www.cnnindonesia.com/nasional/20141214203321-20-18046/ahok-saya-bangga-jadi-kafir-yang-penting-tidak-korupsi/)
Nah, karena di negara demokrasi ini kafir adalah bukan kejahatan, maka jangan parnolah dengan kata kafir.
Kata KAFIR bukan sebagai hinaan, sebagaimana umat Islam juga tidak marah dan tidak terhina dengan sebutan "DOMBA TERSESAT".
Tanggapan Netizen terkait istilah "KAFIR":
(1) Zaki Permana
Kalau orang munafik, biasanya memang ga mau disebut munafik. Kalau orang sombong memang biasanya ga mau disebut...
Posted by Zaki Permana on Wednesday, December 21, 2016
(2) Fauzul Mubin