[portalpiyungan.co] Bocah berusia tujuh tahun, Musa La Ode Abu Hanafi, mengharumkan nama Indonesia di pentas internasional. Pada perlombaan Musabaqoh Hifzil Quran (MHQ) tingkat dunia di Sharm El-Sheikh, Mesir, 10-14 April 2016 lalu, ia berhasil meraih juara tiga.
Musa diutus pemerintah Indonesia untuk mengikuti lomba hafal Qlruran 30 Juz untuk kategori anak-anak. Ia satu-satunya perwakilan Indonesia pada perlombaan yang diikuti oleh 60 negara itu. Musa adalah kontestan termuda dalam perlombaan tersebut, kontestan lain berusia lebih dari 10 tahun.
Sebelum mengikuti perlombaan dunia, namanya sempat menggetarkan masyarakat Indonesia. Yakni saat tampil sebagai peserta Hafidz Indonesia 2014 yang ditayangkan salah satu stasiun televisi swasta. Ketika itu, usianya baru 5,5 tahun, namun Musa sudah menghafal 30 juz atau Alquran penuh.
Menang di Indonesia, ia kemudian dikirim ke lomba hafal Aluran Internasional di Jeddah. Dalam perlombaan itu, ia menempati peringkat 12 dari 25 peserta. Meski tidak juara, namun nilainya membanggakan, yakni 90,83 dari nilai 100 sebagai angka sempurna.
Ayahanda Musa, La Ode Abu Hanafi (35), mengungkapkan, anaknya lahir pada tanggal 25 Juli 2008 di Muntok, Bangka Barat yang terletak 140 km dari Pangkal Pinang. Sehari-hari, Musa hanya diijinkan bermain dengan dua adiknya, Luqman (6) dan Hindun (4).
Berlaku demikian karena keluarganya tinggal di wilayah hutan karet dan tidak terlalu banyak penduduk. Jika keluar rumah, dikhawatirkan kesasar, demikian alasan ayahnya. Untuk itu pula, ayahnya memfasilitasi Musa dan adiknya dengan beberapa mainan.
Selain berkebun karet, La Ode merupakan pengajar ngaji. Hal itulah yang kemudian ditularkan ke anak-anaknya. Musa yang didengarkan CD mengaji, awalnya tidak terlalu tertarik. Akan tetapi dalam prosesnya Musa justru bisa melantunkan suara yang keluar dari cakram pemutar musik.
Sejak itu ayahnya mulai melakukan talaqqi kepada Musa. Talaqqi merupakan metode membaca ayat Alquran dengan tartil. La Ode dengan sabar dan telaten terus mengajarkannya kepada Musa, utamanya selepas sholat Subuh dan sholat Maghrib.
“Mulai usia dua tahun semakin rutin, tapi enggak lama, hanya sebentar sekitar 5-10 menit,” urai La ode.
Dengan kesabaran dan ketelatenannya, Musa mulai lancar membaca Alquran pada usia 4 tahun. Tercatat Musa bahkan bisa menghafal 2 juz. Selain La Ode, kelancaran Musa membaca dan menghafal Alquran tidak lepas pula dari peran ibunya, Yulianti.
Umi, demikian Musa menyebut ibunya, senantiasa mendampingi Musa dan adik-adiknya dalam beribadah dan belajar Alquran.
Kedua orang tuanya sesekali juga menemani Musa bermain mobil-mobilan, kereta-keretaan hingga bermain bola dilingkungan rumahnya. Saat buah hatinya lelah, keduanya terus menyemangati Muda dan adik-adiknya.
Diselingi pula sejarah-sejarah singkat mengenai ke-Islaman. Kegigihan kedua orang tuanya membuahkan hasil. Kini musa tidak hanya dikenal sebagai penghafal Alquran, melainkan juga penghafal hadizt.
Sumber: Aktual